Teacher’s Profile in USA
Lidia H Sambeta
(disadur dari berbagai sumber)
BAB I
PENDAHULUAN
Guru adalah elemen penting dalam keberhasilan pembangunan bangsa, khususnya dalam pembentukan karakter, kepribadian dan kualitas sebuah bangsa. Bangsa yang berhasil bersumber dari bangsa yang memiliki aset guru-guru yang berkualitas. Hal ini tidak bisa ditawar lagi. Guru yang berkualitas adalah harga mutlak bagi sebuah bangsa yang ingin maju dan berkembang baik.
UNESCO menetapkan Hari Guru Sedunia pada 5 Oktober 1994 untuk merayakan dan memperingati penandatanganan Rekomendasi yang Menyangkut Status Guru pada 5 Oktober 1966. Hari Guru Sedunia juga ditandai dengan "Recommendation Concerning the Status of Higher Education Teaching Personnel" yang diadopsi pada 1997. Taiwan juga merayakan Hari Guru, bahkan dinyatakan sebagai hari libur nasional. Di Brasil dan Cile, Hari Guru diperingati pada 15 Oktober, sementara di India dirayakan pada 5 September, sekaligus hari itu untuk mengenang pemikir dan presiden Dr Radhakrishnan. Hari Guru dirayakan pada 23 September di Brunei Darussalam. Di Turki, Hari Guru diperingati pada 24 November sejak 1928. Cyprus juga merayakannya. Di Malaysia dan Kolumbia, Hari Guru dirayakan pada 16 Mei. Hari Guru dinyatakan juga sebagai hari libur sekolah secara serentak di Singapura pada setiap 1 September.
Sementara di Indonesia, Hari Guru diperingati pada 25 November. Penetapannnya berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor: 78 Tahun 1994 (78/1994) Tanggal: 24 November 1994 dan berlaku sejak tanggal penetapan, 24 November 1994. Namun, tidak seperti di Singapura, Hari Guru di Indonesia sesuai dengan diktum pertama Keppres, bukan merupakan hari libur nasional.
Masalah yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia sangat banyak tetapi yang menjadi sorotan utama adalah masalah pendidikan. Masalah pendidikan memang sulit untuk diselesaikan, selain karena banyaknya daerah-daerah yang masih belum terjangkau manusia, penyebab lainnya adalah mahalnya biaya pendidikan. Walaupun pemerintah sudah memberi sedikit bantuan dalam bentuk Biaya Operasional Sekolah (BOS) tetapi kenyataanya masih banyak orang tua yang tidak bisa mnyekolahkan anak-anak mereka karena ketidakadaan biaya, apa lagi masih banyak orang tua yang tidak punya pekerjaan dikarenakan di PHK atau tidak mempunyai keterampilan dan banyak juga orang tua yang bekerjanya tidak tetap misalnya kuli serabutan. Sehingga tidak jarang mereka memaksakan anaknya untuk bekerja dan orang tua selalu berkata “untuk makan saja susah apa lagi buat sekolah” jika ditanya alasan mengapa mereka tidak menyekolahkan anak mereka.
Seharusnya pemerintah lebih fokus lagi dengan masalah pendidikan apalagi banyak yang sudah mengetahui bahwa pendidikan di Indonesia sudah jauh tertingal dari luar negeri, contohnya saja dengan negara tetangga Malaysia yang nilai rata-rata di negara itu sudah mencapai nilai 6 dan di Singgapura mencapai nilai 8. Di Indonesia saja untuk mendapatkan nilai rata-rata yang hanya 5,0 saja banyak yang tidak bisa mencapai nilai tersebut apalagi jika nilai rata-rata ujian di indonesia sama dengan malaysia bisa-bisa anak di Indonesia tidak ada yang lulus. Selain masalah mahalnya pendidikan kurangnya Sumber Daya Manusia juga yang menjadi penyebab kurang majunya pendidikan di Indonesia. Setelah itu masalah sarana dan prasarana yang belum atau bahkan kurang memadai di Indonesia juga penyebab masalah pendidikan di Indonesia belum bisa teratasi. Apalagi belakangan makin banyak saja sekolah yang sudah lapuk bahkan roboh dan belum diperbaiki oleh pemerintah terutama jika sekolah tersebut berada di daerah pedesaan yang aksesnya sulit untuk ditempuh dengan mobil atau kendaraan bermotor.
Oleh karena itu, pemerintah harus mempunyai solusi untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam bidang pendidikan agar pendidikan di indonesia menjadi lebih baik. Walaupun pemerintah punya program wajib belajar 9 tahun tetapi jika biayanya masih mahal program itu tidak akan berjalan dengan baik. Peningkatan SDM jg perlu dilakukan guna menunjang pendidikan di Indonesia. Selain itu pemerintah juga harus menanamkan kecintaan membaca sejak dini kepeda anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa Indonesia dan pemerintah juga harus menambah anggaran pendidikan dalam APBD ataupun APBN untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.
Pada kenyataannya pula, profil guru di Indonesia masih jauh dari kata memuaskan. Pemerintah masih belum serius menangani dan memberdayakan guru, masih banyak ketimpangan kompentensi guru, dan sejumlah masalah pendidikan yang berkaitan dengan profil guru di Indonesia
Di sisi lain Negara Federal Amerika telah menemukan pencapaian optimal bagi pemberdayaan guru. Tidak dapat dipungkiri, Amerika saat ini telah menjadi kiblat pendidikan dunia termasuk Indonesia. Sejumlah pola dan sistem pendidikan di negeri Paman Sam ini berusaha diadopsi dan diadaptasikan ke negeri kita. Hal ini tidak salah, namun juga tak sepenuhnya benar. Karena mengadopsi pola dan sistem pendidikan harus seiring sejalan dengan mengadopsi mekanisme pemberdayaan guru (Teachers Empowerment). Adaptasi kurikulum, kompentensi siswa, dan pendekatan pengajaran tidak dapat dipisahkan dari pemberdayaan guru dalam segala aspek.
Guru adalah kunci utama dalam keberhasilan siswa, lebih jauh lagi guru adalah kunci penting dalam keberhasilan pendidikan Indonesia. Oleh karena itu adalah hal yang mustahil bila kita mengadopsi sistem dan pola pendidikan Amerika, tanpa menaruh perhatian yang sama terhadap bagaimana cara Amerika memberdayakan guru-guru mereka.