Sabtu, 13 November 2010

Teacher’s Profile in USA


Teacher’s Profile in USA
Lidia H Sambeta
(disadur dari berbagai sumber)
BAB I
PENDAHULUAN

Guru adalah elemen penting dalam keberhasilan pembangunan bangsa, khususnya dalam pembentukan karakter, kepribadian dan kualitas sebuah bangsa. Bangsa yang berhasil bersumber dari bangsa yang memiliki aset guru-guru yang berkualitas. Hal ini tidak bisa ditawar lagi. Guru yang berkualitas adalah harga mutlak bagi sebuah bangsa yang ingin maju dan berkembang baik.

UNESCO menetapkan Hari Guru Sedunia pada 5 Oktober 1994 untuk merayakan dan memperingati penandatanganan Rekomendasi yang Menyangkut Status Guru pada 5 Oktober 1966. Hari Guru Sedunia juga ditandai dengan "Recommendation Concerning the Status of Higher Education Teaching Personnel" yang diadopsi pada 1997. Taiwan juga merayakan Hari Guru, bahkan dinyatakan sebagai hari libur nasional. Di Brasil dan Cile, Hari Guru diperingati pada 15 Oktober, sementara di India dirayakan pada 5 September, sekaligus hari itu untuk mengenang pemikir dan presiden Dr Radhakrishnan. Hari Guru dirayakan pada 23 September di Brunei Darussalam. Di Turki, Hari Guru diperingati pada 24 November sejak 1928. Cyprus juga merayakannya. Di Malaysia dan Kolumbia, Hari Guru dirayakan pada 16 Mei. Hari Guru dinyatakan juga sebagai hari libur sekolah secara serentak di Singapura pada setiap 1 September.

Sementara di Indonesia, Hari Guru diperingati pada 25 November. Penetapannnya berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor: 78 Tahun 1994 (78/1994) Tanggal: 24 November 1994 dan berlaku sejak tanggal penetapan, 24 November 1994. Namun, tidak seperti di Singapura, Hari Guru di Indonesia sesuai dengan diktum pertama Keppres, bukan merupakan hari libur nasional.

Masalah yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia sangat banyak tetapi yang menjadi sorotan utama adalah masalah pendidikan. Masalah pendidikan memang sulit untuk diselesaikan, selain karena banyaknya daerah-daerah yang masih belum terjangkau manusia, penyebab lainnya adalah mahalnya biaya pendidikan. Walaupun pemerintah sudah memberi sedikit bantuan dalam bentuk Biaya Operasional Sekolah (BOS) tetapi kenyataanya masih banyak orang tua yang tidak bisa mnyekolahkan anak-anak mereka karena ketidakadaan biaya, apa lagi masih banyak orang tua yang tidak punya pekerjaan dikarenakan di PHK atau tidak mempunyai keterampilan dan banyak juga orang tua yang bekerjanya tidak tetap misalnya kuli serabutan. Sehingga tidak jarang mereka memaksakan anaknya untuk bekerja dan orang tua selalu berkata “untuk makan saja susah apa lagi buat sekolah” jika ditanya alasan mengapa mereka tidak menyekolahkan anak mereka.

Seharusnya pemerintah lebih fokus lagi dengan masalah pendidikan apalagi banyak yang sudah mengetahui bahwa pendidikan di Indonesia sudah jauh tertingal dari luar negeri, contohnya saja dengan negara tetangga Malaysia yang nilai rata-rata di negara itu sudah mencapai nilai 6 dan di Singgapura mencapai nilai 8. Di Indonesia saja untuk mendapatkan nilai rata-rata yang hanya 5,0 saja banyak yang tidak bisa mencapai nilai tersebut apalagi jika nilai rata-rata ujian di indonesia sama dengan malaysia bisa-bisa anak di Indonesia tidak ada yang lulus. Selain masalah mahalnya pendidikan kurangnya Sumber Daya Manusia juga yang menjadi penyebab kurang majunya pendidikan di Indonesia. Setelah itu masalah sarana dan prasarana yang belum atau bahkan kurang memadai di Indonesia juga penyebab masalah pendidikan di Indonesia belum bisa teratasi. Apalagi belakangan makin banyak saja sekolah yang sudah lapuk bahkan roboh dan belum diperbaiki oleh pemerintah terutama jika sekolah tersebut berada di daerah pedesaan yang aksesnya sulit untuk ditempuh dengan mobil atau kendaraan bermotor.

Oleh karena itu, pemerintah harus mempunyai solusi untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam bidang pendidikan agar pendidikan di indonesia menjadi lebih baik. Walaupun pemerintah punya program wajib belajar 9 tahun tetapi jika biayanya masih mahal program itu tidak akan berjalan dengan baik. Peningkatan SDM jg perlu dilakukan guna menunjang pendidikan di Indonesia. Selain itu pemerintah juga harus menanamkan kecintaan membaca sejak dini kepeda anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa Indonesia dan pemerintah juga harus menambah anggaran pendidikan dalam APBD ataupun APBN untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.

Pada kenyataannya pula, profil guru di Indonesia masih jauh dari kata memuaskan. Pemerintah masih belum serius menangani dan memberdayakan guru, masih banyak ketimpangan kompentensi guru, dan sejumlah masalah pendidikan yang berkaitan dengan profil guru di Indonesia

Di sisi lain Negara Federal Amerika telah menemukan pencapaian optimal bagi pemberdayaan guru. Tidak dapat dipungkiri, Amerika saat ini telah menjadi kiblat pendidikan dunia termasuk Indonesia. Sejumlah pola dan sistem pendidikan di negeri Paman Sam ini berusaha diadopsi dan diadaptasikan ke negeri kita. Hal ini tidak salah, namun juga tak sepenuhnya benar. Karena mengadopsi pola dan sistem pendidikan harus seiring sejalan dengan mengadopsi mekanisme pemberdayaan guru (Teachers Empowerment). Adaptasi kurikulum, kompentensi siswa, dan pendekatan pengajaran tidak dapat dipisahkan dari pemberdayaan guru dalam segala aspek.

Guru adalah kunci utama dalam keberhasilan siswa, lebih jauh lagi guru adalah kunci penting dalam keberhasilan pendidikan Indonesia. Oleh karena itu adalah hal yang mustahil bila kita mengadopsi sistem dan pola pendidikan Amerika, tanpa menaruh perhatian yang sama terhadap bagaimana cara Amerika memberdayakan guru-guru mereka.



BAB II
STANDARDISASI DAN SERTIFIKASI GURU
DI AMERIKA SERIKAT

Setelah Laporan the President’s Commission on Excellence in Education, “A Nation At Risk: The Imperative for Education Reform” pada tahun 1983, gelombang reformasi pendidikan di AS terus bergulir. The Carnegie Task Force on Teaching as a Profession menerbitkan laporan “A Nation Prepared: Teachers for the 21st Century” pada 6 Mei, 1986. Intinya, laporan itu menekankan bahwa menghadapi abad mendatang perlu dikembangkan sebuah profesi yang bertanggungjawab merancang ulang sekolah dan mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan yang akan datang. Task Force mengusulkan segera dikembangkan standardisasi dan sertifikasi profesi guru dan dibentuknya National Board for Professional Teaching Standards (NBPTS). Dengan dukungan penuh dari semua pihak, NBPTS akhirnya terbentuk pada tahun 1987.

NBPTS bukan organisasi pemerintah, bersifat non-profit, independen, nonpartisan, dan dikelola oleh dewan direktur yang berasal dari praktisi. Mayoritas yang duduk dalam dewan direktur adalah guru kelas. Misi NBPTS antara lain memelihara standar tinggi dan rigor tentang apa yang harus diketahui dan apa yang dapat dilakukan oleh guru, menawarkan sistem sertifikasi secara sukarela kepada guru yang memenuhi standar profesi, dan mengadvokasi reformasi pendidikan dengan mengintegrasikan National Board Certificate (NBC) dalam sistem pendidikan Amerika, serta mengoptimalkan peran guru yang telah mendapat sertifikat profesi.

Implementasi sertifikasi baru dimulai pada tahun 1992. Untuk pertama kali NBPTS menawarkan jasa sertifikasi hanya untuk dua bidang keahlian. Sejak saat itu, sistem sertifikasi NBC terus berkembang, melayani sekitar 2,5 juta orang guru, 14.000 school districts, ribuan sekolah swasta, 50 negara bagian dan 1.200 fakultas pendidikan. NBC dikembangkan oleh guru, dari guru, dan untuk guru sebagai simbol profesionalisme mengajar. Ditawarkan secara sukarela, dan berlaku selama 10 tahun. NBC merupakan komplemen, bukan menggantikan, lisensi mengajar yang dikeluarkan oleh negara bagian. NBC merupakan lanjutan dari lisensi dan sertifikasi negara bagian. Lisensi negara bagian, kabupaten (school district), atau yang dikembangkan pada tingkat sekolah pada intinya merupakan persyaratan minimal menjadi seorang guru.

Dalam lima tahun pertama, NBPTS konsentrasi pada riset untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan standar profesi guru. Dasar pengembangan standar profesi guru adalah; ”Apa yang harus diketahui dan harus dapat dilakukan oleh guru?” Dari pertanyaan dasar itu dirumuskan lima proposisi. Dari lima proposisi di bawah ini lalu dikembangkan berbagai standar profesi guru untuk berbagai kelompok umur siswa dan berbagai disiplin ilmu.
A. Guru mempunyai komitmen terhadap siswa dan kegiatan belajar siswa;
1.       Guru mengetahui perbedaan individu dan melakukan penyesuaian dalam pendekatan mengajarnya;
2.       Guru mempunyai pemahaman bagaimana siswa akan berkembang dan belajar;
3.       Guru memperlakukan siswa secara adil;
4.       Misi guru jauh melebihi dari hanya sekedar pengembangan kapasitas kognitif siswa
B. Guru menguasai mata pelajaran yang diajarkan dan mengetahui cara mengajarkannya kepada siswa;
I.        Guru memahami bagaimana ilmu pengetahuan dalam mata pelajaran yang diajarkan diciptakan, dikelola, dan dihubungkan dengan displin ilmu lain;
II.      Guru mempunyai pengetahuan khusus tentang cara menyampaikan mata pelajaran kepada siswa;
III.    Guru mampu mengarahkan berbagai jalan untuk menuju ilmu pengetahuan.
C. Guru bertanggungjawab dalam mengelola dan memonitor kegiatan belajar siswa;
I.        Guru menggunakan metode yang beragam untuk mencapai tujuannya;
II.      Guru mengelola kegaiatan belajar dalam kelompok;
III.    Guru memotivasi siswa;
IV.    Guru mengevaluasi kegiatan belajar siswa secara teratur;
V.      Guru selalu mengingat tujuan utamanya.
D. Guru berfikir secara sistematis dalam melaksanakan tugasnya dan belajar dari pengalaman;
  1. Guru senantiasa selalu dihadapkan pada pilihan sulit untuk menguji pertimbangannya;
  2. Guru meminta saran dari pihak lain dan berupaya mendapatkan beasiswa atau kesempatan riset untuk memperbaiki praktek mengajarnya;
E. Guru merupakan anggota masyarakat pembelajar
  1. Guru memberikan sumbangan pada efektivitas sekolah dengan berkolaborasi dengan profesi lain;
  2. Guru berkolaborasi dengan orang tua;
  3. Guru memanfaatkan dengan baik sumber daya masyarakat.

Mekanisme Sertifikasi
Menjadi seorang guru di AS harus punya kualifikasi minimum bachelor’s degree (S-1) dalam bidang ilmu yang berhubungan dengan mata pelajaran yang akan diajarkan. Beberapa negara bagian mensyaratkan program pelatihan lebih lanjut. Repotnya, setiap negara bagian mempunyai program lisensi dan sertifikasi sendiri-sendiri. Beberapa sekolah keguruan (semacam FKIP) sudah mengadopsi program lisensi dan sertifikasi negara bagian ke dalam kurikulumnya, sehingga setelah 4-5 tahun menempuh program pendidikan, mahasiswa lulus dan mendapat lisensi mengajar di negara bagian ybs. Bagi lulusan dengan disiplin ilmu non kependidikan yang berminat menjadi guru, harus mengambil “post-collegiate program.” Lisensi mengajar punya masa efektif dan harus diperbaharui jika sudah mendekati kadaluwarsa.

National Board Certificate (NBC) ditawarkan secara sukarela, bukan kewajiban. NBC diambil setelah mendapat lisensi dan sertifikasi mengajar dari negara bagian. Guru yang berminat mendapat NBC harus mengumpulkan portfolio, termasuk videotape kegiatan mengajar dan hasil kerja siswa, dan mampu menyelesaikan soal-soal yang diberikan di pusat pengujian. Biaya sertifikasi cukup mahal, yaitu $2.300.
Portfolio terdiri dari berbagai hal hasil pekerjaan guru disertai dengan bukti-buktinya. Dalam portfolio itu, seorang guru diharapkan dapat menjelaskan, menganalisis, menerangkan, dan melakukan refleksi dalam praktek mengajarnya. Portfolio bukan hanya menyangkut kegiatan di dalam kelas tetapi juga kegiatan di luar kelas dan di masyarakat. Portfolio yang bagus mampu mencerminkan standar profesi guru dan mengajukan bukti-bukti keberhasilan. Waktu yang diperlukan oleh guru untuk mengumpulkan portfolio antara 200-400 jam.

Setelah mengumpulkan portfolio, seorang guru yang berminat mendapatkan NBC dapat mengambil ujian tertulis yang tersebar di lebih dari 300 pusat pengujian. Fokus pengujian mengevaluasi pemahaman guru terhadap ilmu pengetahuan dari mata pelajaran yang diajarkan (content knowledge). Sistem pengujian dan penilaian dilakukan secara otomatis dengan komputer.
NBC hanya berlaku 10 tahun. Ada sekitar 16.000 lebih guru pemegang NBC dari total 2,5 juta guru, atau baru 0,64%. Sebelum berakhir, guru pemegang NBC diharapkan memperpanjang dengan mulai mengerjakan “the Profile of Professional Growth,” sebuah portfolio lanjutan yang lebih menarik. Biaya perpanjangan sertifikat $1.150.

Asosiasi profesi guru di Amerika banyak dan beragam, dari yang hanya bersifat perserikatan (“union”), quazi-professional sampai profesional. Sistem sertifikasi yang dikembangkan National Board for Professional Teaching Standards (NBPTS) mendapat dukungan dari berbagai asosiasi profesi guru yang ada. Dukungan dan insentif juga datang dari pemerintah negara bagian, school district, dan masyarakat. Seluruh 50 pemerintah negara bagian memberikan dukungan peraturan, undang-undang, kebijakan, dan insentif bagi guru yang mengantongi NBC. Universitas memberikan dukungan berupa beasiswa atau course credit. Masyarakat memberikan dukungan dengan memberikan grant, program pinjaman, dsb.





BAB III
EFEK REFORMASI STANDAR  PENDIDIKAN
DI AMERIKA SERIKAT

Sebuah survey yang diselenggarakan oleh Pusat Survey, Penelitian dan Analisis, Universitas Connecticut. Survey ini menyelidiki mengenai metode mengajar guru-guru di kelas 4 dan kelas 8. 403 guru kelas 4 diwawancarai dan 806 guru kelas 8 diwawancarai. Survey ini secara gamblang memberikan perbandingan kepada kita dan memberikan pembelajaran yang baik bagi pemberdayaan guru di negeri ini.Guru-guru tersebut ditanyai mengenai filosofi mengajar, metode dan praktek mengajar di kelas, ekspektasi akademis siswa, dan opini mereka mengenai isu tentang kebijakan pendidikan. Beberapa hasil survey yang penting antara lain :
·         Mayoritas guru yang disurvei (56%) menggambarkan filosofi mengajar mereka adalah bersandar pada arah siswa yang memilih pembelajaran, bukan guru yang memilih pembelajaran.
·         Lebih dari 7 dari 10 guru memiliki semboyan “yang terpenting bagi siswa adalah mempelajari bagaimana cara belajar”, kurang dari 15% percaya bahwa yang paling penting untuk diajarkan ke siswa “informasi dan keahlian tertentu”
·         Lebih dari separuh guru kelas 4 mengatakan mereka tidak mengharapkan siswa untuk selalu benar dalam mengeja.
·         Dalam mengevaluasi pekerjaan siswa, hanya seperempat guru kelas 4 dan kelas 8 yang sangat menekankan kebenaran dari jawaban siswa
·         Sedikitnya 6 dari 10 guru kelas 4 mengatakan nilai akhir siswa lebih kepada kemampuan individua siswa daripada standard kelas per individu.
·         2 dari 10 guru matematika kelas 4 melaporkan secara reguler meingijinkan siswa untuk menggunakan kalkulator di dalam kelas untuk menyelesaikan soal matematika. Di kelas 8, penggunaan kalkulator menjadi lebih besar, lebih dari 70% guru melaporkan bahwa mereka mengijinkan penggunaan kalkulator
·         Banyak siswa kelas 8 tidak mendapat praktek menulis yang cukup untuk menguasai komposisi menulis. 15% dari guru kelas 8 tidak pernah memberikan pekerjaan rumah termasuk satu halaman tulisan, dan 31 % meminta siswa untuk menulis, memperbaiki, dan melengkapi sebuah komposisi minimal 250 kata (tiga sampai empat paragraf) tidak lebih dari sekali dalam sebulan
·         Setengah dari guru kelas 8 meyakini kebanyakan dari siswa mereka mengetahui bentuk umum, lokasi dan fungsi dari organ-organ vitan di dalam tubuh manusia.
·         70% dari guru sejarah kelas 8 meyakini bahwa kebanyakan siswa mereka tahu kapan Perang Sipil terjadi.
Penemuan penting lainnya di dalam survei yaitu :
·         3 dari 10 guru kelas 4 dan sedikitnya 4 dari 10 guru kelas 8 menganggap umpan balik dari siswa sebagai faktor yang paling penting dalam evaluasi personal mengenai kinerja guru tersebut.
·         55% dari guru kelas 4 yang disurvei mengindikasikan bahwa mereka lebih memilih pembelajaran kooperatif  dalam grup kecil di kelas.
·         Kebanyakan siswa kelas 4 tidak mendapatkan latihan menulis dan mempelajari kata-kata baru. 2 dari 10 guru kelas 4 mengatakan mereka memberikan siswa daftar kata-kata baru  kurang dari sekali dalam seminggu atau tidak sama sekali, dan 42% mengatakan mereka memberikan tugas menulis per minggu.
·         Sementara itu 5/6 guru kelas 4 meyakini bahwa semua siswa mereka akan menguasai hal-hal dasar seperti menjumlah dan membagi dua dan tiga digit angka, keyakinan guru menurun bila tugas semakin rumit.
·         Guru sains kelas 8 memiliki keyakinan yang rendah terhadap siswa mereka. Hanya 65% saja yang yakin bahwa semua siswa akan mengerti Hukum Gravitasi Newton, dan 42% berpikir seluruh siswa akan mengerti teori dari seleksi alam dan evolusi
·         Sedikitnya seperempat dari guru sains kelas 8 yang disurvei, berpendapat bahwa kepentingan primer mereka adalah untuk mengembangkan peran sains dalam debat politik kontemporer.
·         81% dari guru kelas 4 dan 74% dari guru kelas 8 menganggap orang tua sebagai aset bagi proses pendidikan
·         92% guru kelas 4 dan 88% guru kelas 8 merasakan kebijakan sekolah mereka memberikan ruang yang cukup bagi guru untuk mengatur kelas secara efektif.

Pada tahun 2002,  reformasi standar pendidikan telah menjadi strategi utama pemerintah Amerika untuk memajukan pencapaian siswa, menguatkan efektifitas sekolah, dan memperbarui sistem pendidikan. Secara normal, reformasi standar pendidkan bersandar pada tiga kunci utama yaitu standar akademis, penilaian, dan akuntabilitas. Standar akademis berbicara tentang keahlian dan pengetahuan yang sekolah perlu untuk impartasikan untuk siswa pelajari, tingkat demi tingkat, mata pelajaran demi mata pelajaran. Penilaian atau tes menginformasikan kepada orang tua, guru dan pembuat kebijakan seberapa baik standar tersebut dipenuhi, oleh setiap anak, setiap sekola dan setiap negara bagian. Akuntabilitas memebri sinyal mengenai susunan dari insentif, intervensi dan sanksi yang diberlakukan untuk mendorong kemajuan ke arah standar yang diinginkan dengan memberikan penghargaan kepada mereka yang sukses dalam pencapaian tersebut demikian pula sebaliknya.

Reformasi Standar Pendidikan di Amerika adalah sebuah elaborasi dan skema yang dalam untuk mengubah tindakan dan prioritas dari siswa dan pendidik supaya seorang siswa berakhir dengan belajar lebih banyak dan sekolah berakhir dengan output yang lebih baik.

Tetapi Reformasi Standar Pendidikan hanya bekerja dengan tujuan, ukuran-ukuran dan konsekuensi, tidak dengan apa yang terjadi di dalam kelas. Reformasi tersebut tidak memberitahu apa yang harus dilakukan oleh guru ketika berada di dalam kelas. Pada akhirnya, keberhasilan Reformasi Standar Pendidikan di Amerika tidak akan ditentukan oleh pembuat kebijakan yang membentuknya tetapi oleh para guru dan murid yang setiap hari membuat keputusan dan prioritas apa yang akan diajarkan dan apa yang akan dipelajari.

Hasil dari survei terhadap guru-guru kelas 4 dan kelas 8 di Amerika mengungkapkan hal-hal yang menarik sekaligus sedikit menakutkan. Meskipun ada kabar baik bagi penggemar Reformasi Standar Pendidikan, ada lima dari temuan survei ini yang kurang memuaskan karena menampilkan jurang pemikiran yang berbeda antara guru dan pembuat kebijakan. Hal inilah yang perlu diwaspadai oleh pembuat kebijakan di negeri kita. 5 hal ini dikenal sebagai “efek samping” dari Reformasi Standar Pendidikan

Pertama, mayoritas guru di kelas 4 dan 8 memilih pembelajaran yang diarahkan oleh siswa daripada pembelajaran yang diarahkan oleh guru. Hal ini cukup mencengangkan, guru seharusnya mengatur agenda dan memutuskan apa yang harus dilakukan dan dipelajari  siswa menuju ke arah tujuan pembelajaran. Pembelajaran yng diarahkan oleh siswa artinya keinginan siswa dan tahap perkembangannya jauh lebih penting dibandingkan menguasai pelajaran dalam membentuk apa yang dilakukan setiap hari di kelas. Tetapi sangatlah mustahil untuk membayangkan Reformasi Standar Pendidikan dapat sukses di dalam kelas apabila siswa yang memutuskan apa yang harus dipelajari. Reformasi Standar Pendidikan menganggap guru yang akan mengambil kendali atas keahlian dan pengetahuan apa yang harus dipelajari, dan mereka akan konsisten sampai siswa bisa menguasain hal itu.
               
Kedua, ¾ guru kelas 4 dan 8 di Amerika meyakini bahwa tujuan dari sekolah adalah menolong siswa untuk “belajar bagaimana cara belajar” lebih daripada menguasai informasi atau keahlian tertentu. Namun, Reformasi Standar Pendidikan adalah tentang kesuksesan dalam menguasai informasi dan keahlian tertentu. Sekolah tidak bisa terus menerus mengajarkan “bagaimana cara belajar”  sepanjang tahun, tetapi harus pula memasukkan unsur penguasaan materi yang komprehensif dan berkesinambungan. Kedua hal ini haruslah seimbang, siswa membutuhkan kenyamanan dan perlua diajarkan keahlian di saat yang bersamaan.

Ketiga, di Amerika tidak lebih dari 2 dari 5 guru di kelas 4 dan 8 yang memberikan nilai berdasarkan standar kelas. Mayoritas guru memberikan nilai berdasarkan standar kemampuan siswa tersebut. Dengan kata lain mereka bergantung pada pemahaman bahwa kecerdasan seorang siswa itu adalah relatif.  Namun, esensi dari Reformasi Standar Pendidikan adalah menilai siswa berdasarkan kesuksesan mereka memenuhi tolak ukur dari pembelajaran dan mencapai kepandaian dalam mata pelajaran tertentu. Sangatlah aneh bila siswa bertumbuh dalam lingkungan yang menilai kecerdasan siswa secara relatif, dan kemudian tidak lulus dalam ujian akhir karena sistem penilaiannya berdasarkan standar tetap.

Keempat, guru kelas 4 dan 8 di Amerika tidak terlihat memiliki pengharapan yang tinggi kepada siswa mereka atas seberapa banyak dan seberapa baik yang mereka telah pelajari. Hal ini cukup menyedihkan sekaligus mengejutkan. Pengharapan guru terhadap siswa haruslah sejalan dengan apa yang diajarkan kepada siswa. Tujuan pembelajaran yang jelas bila disertai dengan evaluasi yang baik adalah wujud dari pengharapan yang tinggi terhadap pencapaian siswa.
               
Kelima, 1/3 dari guru kelas 4 dan 30% dari guru kelas 8 tidak setuju bahwa guru adalah peran utama untuk menolong siswa belajar tentang hal-hal yang telah disepakati sesuai kurikulum. Dengan kata lain, guru-guru ini sepertinya tidak percaya dengan Standar Akademis Negara Bagian, atau setidaknya mereka tidak melihat bahwa siswa perlu ditolong untuk mencapai standar tersebut sebagai misi utama sekolah.

Meskipun demikian, ada banyak, bahkan jauh lebih banyak kabar baik bagi Reformasi Standar Pendidikan di Amerika. Misalnya guru tidak percaya akan promosi sosial dan melihat orang tua sebagai aset penting dalam pendidikan. Bagian yang terbesat adalah sikap, ekspektasi dan prioritas guru, seperti juga metode-metode yang digunakan di dalam kelas, merefleksikan seluruh pengaruh dari guru di dalam profesi pendidik mereka.




BAB IV
PENGHASILAN GURU DI AMERIKA SERIKAT

Di Inggris, gaji guru -dilihat dan dibandingkan dengan mata uang rupiah- sangatlah fantastis. Gaji guru TK, SD, sekolah menengah pada Mei 2004 berada pada rentang US$ 41.400 to US$ 45.920 dan khusus untuk guru TK US$ 20.980. Jika dikurs-kan, maka setahun guru TK di Inggris memperoleh gaji sekitar Rp 190 juta, dan gaji guru SD dan sekolah menengah bahkan dua kali lipatnya.

Di Republik Iralandia, gaji guru sangat bergantung pada senioritas (misalnya memegang jabatan sebagai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, atau pembantu kepala sekolah), pengalaman, dan juga kualifikasi. Gaji tambahan juga diberikan jika guru mengajar menggunakan bahasa Irlandia. Gaji pokok waktu mulai mengajar 31.028, akan naik secara bertahap hingga 57.403 untuk guru yang sudah mengajar selama 25 tahun. Gaji kepala sekolah yang berpengalaman, dengan beberapa kualifikasi (misalnya MA, H.Dip, dan sebagainya) bahkan bisa mencapai 90.000.

Di Amerika Serikat, guru digaji berdasarkan tingkat pendidikan. Mulai dari bawah dan makin lama makin naik, gaji bergantung pada pengalaman. Gaji sangat bervariasi, bergantung pada tingkat perekonomian negara bagian dan pengalaman mengajar, serta tingkatan pendidikan.

Gaji rata-rata (median salary) untuk semua pendidikan dasar dan menengah adalah US$ 46.000 pada 2004, sedangkan untuk guru yang berpendidikan bachelor digaji US$ 32.000. Akan tetapi, gaji rata-rata guru di pendidikan prasekolah lebih rendah dibandingkan dengan jenjang pendidikan lanjut, yakni US$ 21.000 pada 2004. Sementara gaji guru pada pendidikan menengah atas pada 2007 berkisar antara US$ 35.000 di Dakota Selatan hingga US $ 71.000 di New York, dengan rata-rata gaji nasional guru US$ 52.000.

Selain gaji, guru pun diikat dalam kontrak beberapa jaminan sosial dan asuransi. Persatuan Guru Amerika yang melakukan survei mengenai gaji guru di Amerika antara 2004-2005 mencatat bahwa rata-rata gaji guru di Amerika US$ 47.602.

Rata-rata gaji guru paraprofesional sekitar US$ 20,000.00 per tahun. Gaji itu akan menjadi kecil, apabila seseorang tidak ditunjang pendidikan yang memadai dan pengalaman yang cukup. Meski demikian, setiap tahun gaji guru mengalami kenaikan yang konstan. Setiap lima tahun, seorang guru memperoleh kenaikan gaji sesudah memperbarui Parapro-sertifikasi.

Amerika, yang dalam banyak hal menjadi tempat banyak orang berpaling, dalam hal gaji guru tidak dapat menjadi acuan sama sekali. Ini karena pemerintah dan masyarakat negeri Paman Sam itu menempatkan guru di bawah profesi lain.

Menurut penelitian internasional terbaru (Jodi Wilgoren: 2001), guru di AS memiliki pendapatan yang lebih kecil dari pendapatan nasional dibandingkan guru di negara industri lain, namun mereka lebih banyak menghabiskan waktu di depan kelas.

Namun baru-baru ini di New York, Zeke M. Vanderhoek seorang lulusan Universitas Yale memberikan pandangan yang berbeda. Dia mengatakan bahwa kunci peningkatan kualitas sekolah adalah para guru. Bila guru berkualitas, maka sekolah juga berkualitas. Demikian sebaliknya.

Untuk itu, Vanderhoek mendirikan Equity Project. Lewat proyek ini, ia mendirikan sekolah khusus, yang direncanakan beroperasi mulai tahun depan. Kekhususannya terletak pada jalur peningkatan kualitas yang ia tempuh.

Strategi yang dipakai Vanderhoek adalah gaji guru dibuat berlipat-lipat, sekitar tiga kali dari gaji rata-rata nasional. Ia ingin membuktikan bahwa gaji guru adalah hal yang paling penting dalam peningkatan kualitas sekolah. Para guru dijanjikan mendapat gaji US$ 125.000 setahun atau sekitar 95 juta rupiah sebulan. Bila prestasi murid bagus, para guru akan mendapat bonus. Gaji sebesar itu kira-kira setara dengan dua kali lipat gaji guru di New York, dan sekitar 2,5 kali rata-rata gaji guru senior di Amerika. Kepala sekolah justru digaji lebih rendah yaitu US$ 90.000 per tahun. Alasannya, peran guru jauh lebih penting dibanding kepala sekolah.




BAB V
KESIMPULAN

Standarisasi profesi guru adalah hal yang esensial. Terlepas dari kompentensi yang berbeda dan metode pengajaran yang berbeda pula, standarisasi guru harus tetap dijalankan. Hal ini nantinya akan sangat berdampak pada manajemen standarisasi siswa. Profesi guru di Amerika memperoleh standarisasi yang cukup ketat. Hal inilah yang perlu dicontoh dan diadaptasi ke dalam sistem pendidikan kita. Dengan kata lain, sebelum seorang guru mengajar di dalam kelas, dia harus memiliki semua kompentensi dasar untuk mengajarkan pelajaran tersebut.

Survei yang dilaksanakan di Amerika oleh Universitas Connecticut memberikan paradigma dan cara pandang yang berbeda bagi kita tentang “efek samping” Reformasi Standar Pendidikan di Amerika. Hal ini juga kiranya menjadi “early warning” tidak hanya bagi pembuat kebijakan di negeri ini tetapi juga bagi guru dan elemen masyarakat yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam ranah pendidikan bangasa kita.

Penghasilan/gaji guru di Amerika tidak berada dalam golongan pekerja dengan penghasilan tinggi. Namun bila dibandingkan dengan negara kita, penghasilan guru di Amerika jauh di atas penghasilan guru di Indonesia. Kesejahteraan guru sudah sepantasnya menjadi konsentrasi pembuat kebijakan di negeri ini.

Pada akhirnya, metode, pola, dan sistem pendidikan di Amerika perlu ditiru tetapi perlu juga diadaptasikan ke dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Penyesuaian yang baik akan menjadikan sistem pendidkan di negeri ini semakin berkualitas dan mampu bersaing secara global. Pemberdayaan guru adalah kunci utama menuju hal itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar