Sabtu, 13 November 2010

Pembelajaran Multimedia

Pembelajaran Multimedia
Lidia H. Sambeta
BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan sistemastis, yang dilakukan orang-­orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Achmad Munib, 2004:34). Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat (M. Ngalim Purwanto, 2002:10). Dengan kata lain pendidikan adalah kegiatan berupa dorongan, ajaran, ataupun motivasi yang dilakukan oleh pendidik (orang tua, guru, dsb) kepada peserta didik (anak, murid, dsb) agar memperoleh pengetahuan atau wawasan mengenai hal-hal yang berguna bagi kehidupannya di masa depan.
Dalam pengertian luas Pendidikan adalah hidup (segala pengalaman belajar yg berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir), sedangkan dalam pengertian sempit Pendidikan adalah sekolah (pengajaran yang di selenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal, segala pengaruh yang di upayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka).[1]tersebut telah berevolusi sedemikian rupa menjadi suatu interaksi antara pendidik dan anak didik yang melibatkan unsur ko
Pendidikan merupakan unsur penting di dalam bangsa ini. Memegang peranan utama dalam memajukan kesejahteraan dan peradaban rakyat. Tanpa pendidikan, bangsa kita kemungkinan masih berada di dalam penjajahan. Pendidikan adalah pilar penopang tegaknya kesatuan bangsa ini.
Proses Pendidikan tidak bisa lepas dari proses belajar-mengajar (teaching-learning process), baik di pendidikan formal maupun non-formal. Pada perkembangannya saat ini, proses tersebut telah berevolusi sedemikian rupa menjadi suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik yang melibatkan banyak unsur diantarannya (1) subyek yang dididik; (2) orang yang mendidik; (3) interaksi antara pendidik dan peserta didik; (4) arah tujuan didikan tersebut; dan (5) pengaruh yang diberikan di dalam didikan tersebut.[2]
Evolusi pendidikan tidak hanya menyangkut pelaku pendidikan ataupun materi didik yang diberikan, namun evolusi pendidikan telah jauh masuk sampai kepada cara dan teknik pembelajaran yang interaktif dari pendidik kepada peserta didik. Penggunaan multimedia sebagai sarana pembelajaran muncul sebagai inovasi teranyar dalam upaya meningkatkan kualitas ajar dan kualitas daya serap peserta didik.
Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi. Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linierdanmultimedia interaktif.Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan film. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif adalah: multimedia pembelajaran interaktif, aplikasi game, dll[3]
Pembelajaran multimedia (multimedia learning) adalah nama umum yang digunakan untuk menggambarkan teori kognitif dari pembelajaran multimedia.[4] Teori ini meliputi prinsip-prinsip pembelajaran dengan menggunakan multimedia. Ketika belajar dengan multimedia otak secara bersamaan harus menyandikan dua jenis informasi yang berbeda, rangsangan stimulus auditori dan visual. Orang mungkin mengira bahwa sumber-sumber informasi yang bersaing akan cenderung untuk membanjiri atau membebani pelajar. Namun, penelitian psikologis menunjukkan bahwa informasi verbal sebenarnya lebih baik diingat jika disertai oleh citra visual.[5] Baddeley dan Hitch mengusulkan teori memori kerja pada tahun 1974 yang memiliki dua subkomponen sebagian besar independen yang cenderung bekerja secara paralel - satu visual dan satu verbal / akustik.[6] Hal ini memungkinkan kita untuk memproses informasi secara simultan yang berasal dari mata dan telinga. Jadi seorang pelajar tidak perlu kewalahan atau kelebihan beban dengan instruksi multimodal, dan dapat sebenarnya bermanfaat.
Tidak lagi mengherankan bahwa penggunaan multimedia telah menjadi primadona baru dalam pembelajaran di sekolah (pendidikan formal). Namun evolusi ini bukan tanpa pengorbanan. Pembelajaran Multimedia juga menimbulkan masalah baru yang kompleks didalam kelas. Guru sebagai pendidik kurang memiliki kompetensi yang baik atas penggunaan multimedia sebagai sarana belajar, sekolah tidak menyediakan sarana yang memadai untuk mewujudkan pembelajaran multimedia yang berkualitas, dan kurikulum tidak disusun dengan apik untuk menyokong penggunaan multimedia.
Masalah ini muncul sebagai dilema yang membuat sebagian besar guru (apalagi di daerah terpencil-minim sarana) memilih untuk menggunakan cara mengajar konvensional (verbal-teaching method), yang untuk sebagian besar materi ajar, sangatlah tidak efektif. Pada kenyataannya tidaklah efektif mengajar kan sistem tata surya dan pergerakan planet-planet tanpa menampilkan gambar/video tentang tata surya tersebut.
Pembelajaran Multimedia berada di antara dua pilihan, kebutuhan akan efektifitas dan tinggi nya daya serap peserta didik atau keterbatasan sumber daya (manusia dan sarana).


BAB II
PEMBAHASAN

Prestasi belajar siswa di sekolah sering diindikasikan dengan permasalahan belajar dari siswa tersebut dalam memahami materi. Indikasi ini dimungkinkan karena faktor belajar siswa yang kurang efektif, bahkan siswa sendiri tidak merasa termotivasi di dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Sehingga menyebabkan siswa kurang atau bahkan tidak memahami materi yang bersifat sukar yang di berikan oleh guru tersebut.
Kecenderungan pembelajaran yang kurang menarik ini merupakan hal yang wajar di alami oleh guru yang tidak memahami kebutuhan dari siswa tersebut baik dalam karakteristik, maupun dalam pengembangan ilmu. Dalam hal ini peran seorang guru sebagai pengembang ilmu sangat besar untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik bukan hanya pembelajaran berbasis konvensional. Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang kondusif serta hubungan komunikasi antara guru, siswa dapat berjalan dengan baik.
Berangkat dari hal tersebut multimedia interaktif dalam kelas dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses komunikasi di dalampembelajaran akan lebih bermakna (menarik minat siswa dan memberikan kemudahan untuk memahami materi karena penyajiannya yang interaktif), jika memanfaatkan berbagai media sebagai sarana penunjang kegiatan pembelajaran. Dari segi pengertian, multimedia interaktif dapat di artikan sebagai kombinasi berbagai unsur media yang terdiri dari teks, grafis, foto, animasi, video, dan suara yang disajikan secara interaktif dalam media pembelajaran.
Secara umum dapat dikatakan media mempunyai kegunaan, antaralain:
1.      Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
3.      Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
4.      Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya.
5.      Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama.
Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton,
1985:
1.      Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
2.      Pembelajaran dapat lebih menarik
3.      Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
4.      Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
5.      Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6.      Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
7.      Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
8.      Peran guru berubahan kearah yang positif
Dari paparan di atas dapat ditarik penjelasan yang lugas bahwa pembelajaran multimedia bukanlah suatu pilihan di dalam mengembangkan proses belajar-mengajar yang efektif dan berkualitas. Pembelajaran meultimedia seharusnya dan sepantasnya menjadi prioritas, mengingat efektifitas tinggi yang ditawarkan dan kualitas daya serap yang baik bagi peserta didik, seperti digambarkan pada tabel di bawah ini



Tabel 1.1. tabel tingkat kebutuhan multimedia sebagai sarana pembelajaran[7]
            Jika pembelajaran multimedia tidak lagi menjadi suatu pilihan melainkan suatu prioritas, maka keterbatasan sumber daya (limited resources) haruslah menjadi tantangan yang disiasati sedemikian rupa oleh unsur-unsur sekolah. Disiasati dalam artian, keterbatasan sumber daya tidak boleh menjadi penghalang bagi pendidik untuk menggunakan multimedia sebagai sarana pembelajaran.
Guru memegang peran penting dan strategis dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran sebagai suatu aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa berkaitan langsung dengan aktivitas guru, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Sebagai suatu sistem kegiatan, proses pembelajaran selalu melibatkan guru. Keterlibatan guru tersebut mulai dari pemilihan dan pengurutan materi pembelajaran, penerapan dan penggunaan metode pembelajaran, penyampaian materi pembelajaran, pembimbingan belajar, sampai pada kegiatan pengevaluasian hasil belajar.
Berkaitan dengan peran tersebut, suatu proses pembelajaran akan berlangsung secara baik jika dilaksanakan oleh guru yang memiliki kualitas kompetensi akademik dan profesional yang tinggi atau memadai. Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan diupayakan melalui pengutamaan peningkatan mutu guru. Selengkap dan secanggih apa pun prasarana dan sarana pendidikan, tanpa didukung oleh mutu guru yang baik, prasarana dan sarana tersebut tidak memiliki arti yang signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan.
Peningkatan kualitas dan penguasaan guru terhadap pembelajaran multimedia dapat disiasati melalui in house training yang difasilitasi oleh guru-guru senior atau pun mengundang guru-guru dari sekolah percontohan. Sasaran dari in house training ini adalah untuk memberikan strategi-strategi baru bagi guru untuk lebih kreatif dan spesifik dalam menyampaikan materi ajar.
Sarana untuk menyajikan pembelajaran multimedia juga memegang peranan penting baik bagi pendidik maupun peserta didik. Masih ada pendidik yang belum bisa secara maksimal mengoperasikan perangkat multimedia, lebih lagi masih ada sekolah yang belum bisa menyediakan perangkat multimedia yang dibutuhkan.
Keterbatasan sumber daya sarana haruslah disiasati pula. Bila peningkatan anggaran sekolah untuk sarana-sarana multimedia yang baru belum bisa menjadi solusi permanen, maka guru haruslah kreatif memberikan pembelajaran berupa gambar, ilustrasi ataupun seni peran. Pembelajaran multimedia seperti ini tidaklah memerlukan sarana yang mahal.


BAB III
KESIMPULAN

Pembelajaran multimedia saat kini menjadi primadona dalam proses belajar-mengajar karena terbukti secara efektif meningkatkan daya serap peserta didik. Selain itu pembelajaran multimedia memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran, karena efek visual dan audio yang bergerak bersama-sama memberikan pemahaman menyeluruh pada peserta didik.
Pembelajaran multimedia tidak bisa menjadi pilihan bagi guru, melainkan prioritas penting. Oleh karena itu, keterbatasan sumber daya haruslah disiasati sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menikmati pembelajaran multimedia demi kualitas pembelajaran yang baik.
Keseriusan pemerintah dan pihak otoritas sekolah juga menjadi isu penting yang tidak dibahas di sini, namun secara sadar penulis mengerti bahwa pemerintah diharapakan dapat memberikan perhatian khusus terhadap pembelajaran multimedia sebagai terobosan bagi pendidikan di negerti ini

Daftar Rujukan
Anas, Yusuf. (2007). Pembelajaran dan Instruksi pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD.
Setiyono, Bambang Dwi. (2008).Pengembangan Pembelajaran Dengan Menggunakan Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran Yang Berkualitas. Semarang: http://luarsekolah.blogspot.com
Ariasdi. (2008). Panduan Pengembangan Multimedia Pembelajaran. http://ariasdimultimedia.wordpress.com/2008/02/12/panduan-pengembangan-multimedia-pembelajaran/
Ade Tri Saptadi, dkk. (2009). Pengertian dan Unsur-unsur Pendidikan.http://www.tugaskuliah.info/2009/12/makalah-pengertian-dan-unsur-unsur.html
Mayer, R. E.; R. Moreno (1998). "A Cognitive Theory of Multimedia Learning: Implications for Design Principles"
Paivio, A. (1971). Imagery and verbal processes. New York: Holt, Rinehart, and Winston.
Baddeley, A.D.; G.J. Hitch (1974). "Working Memory". in Bower, G.A.. The psychology of learning and motivation: advances in research and theory. 8. New York: Academic Press


[1]http://www.tugaskuliah.info/2009/12/makalah-pengertian-dan-unsur-unsur.html
[2]http://robiah.blogmalhikdua.com/2008/12/21/pengertian-dan-unsur-pendidikan/
[3]http://ariasdimultimedia.wordpress.com/2008/02/12/panduan-pengembangan-multimedia-pembelajaran/
[4]Mayer, R. E.; R. Moreno (1998). "A Cognitive Theory of Multimedia Learning: Implications for Design Principles"
[5]Paivio, A. (1971). Imagery and verbal processes. New York: Holt, Rinehart, and Winston.
[6]Baddeley, A.D.; G.J. Hitch (1974). "Working Memory". in Bower, G.A.. The psychology of learning and motivation: advances in research and theory. 8. New York: Academic Press. pp. 47–89
[7]http://ariasdimultimedia.wordpress.com/2008/02/12/panduan-pengembangan-multimedia-pembelajaran/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar