Sabtu, 23 April 2011

Pengajaran Sains Yang Efektif dalam Program Percepatan Pembelajaran


Effective Science Teaching in Accelerated Learning Program
Pengembangan Profesionalitas Guru dengan Prinsip “Tidak Ada Siswa yang Tertinggal”
 
disusun oleh: 
LIDIA H. SAMBETA 
PROGRAM PASCASARJANA SAINS

UNIVERSITAS TADULAKO

BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang
            Selama lebih dari 40 tahun, para pemerhati pendidikan telah berargumentasi mengenai mana yang lebih baik untuk mengajak siswa terlibat di dalam sains, ataukah membaca tentang sains saja. Namun, hanya ada beberapa guru saja yang dibekali untuk mengajar sains dengan cara sesungguhnya yang sesuai dengan perkembangan zaman dibandingkan dengan guru yang mengajar fakta-fakta sempit yang harus dihafalkan untuk ujian.
            Bagi guru, eksperimen sains adalah barang mewah dan sulit terjangkau. Bahkan faktanya, banyak guru yang beranggapan eksperimen sains hanya sebagai pelengkap pembelajaran, atau sebagai ‘hadiah’ bagi kelas yang telah menyelesaikan satu cakupan materi tertentu. Guru seringkali beralasan untuk tidak melakukan eksperimen sains karena kekurangan waktu, tidak adanya persiapan, manajemen kelas yang tidak mendukung.  Bahkan fakta menunjukkan banyak guru di distrik pedesaan, mengeluh mengenai modul kurikulum yang mereka terima tidak sesuai dengan kemampuan mereka dan tidak sejalan dengan apa yang selama ini mereka mampu ajarkan[1]. Sangatlah jelas bahwa guru membutuhkan dukungan dalam jumlah yang besar untuk mengajarkan sains secara efektif, termasuk menggunakan metode penyelidikan (eksperimen), kelompok kerja, dan wacana kelas.
            Effective Science Teaching menurut NSES[2] telah dipraktekkan menjadi dampak yang positif dan proses pembelajaran siswa terhadap sains. Bahkan, guru-guru harus memanfaatkan strategi mengajar untuk memastikan pengertian dan penyerapan yang konseptual atas sains. Seperti yang dikatakan “seorang guru tidak dapat mengajar, menjadi model, ataupun mendukung apa yang tidak diketahui, tidak diterima atau tidak dialami oleh guru tersebut. Hal-hal  inilah yang menjadi  kendala  utama yang dihadapi oleh guru.


B.      Pengertian
Accelerated Learning adalah sebuah konsep pembelajaran yang berupaya untuk mengoptimalkan proses intelektual diri peserta didik ketika sedang belajar, sehingga terjadi perolehan pengorganisasian dan pengungkapan pengalaman baru. Dimana Keefektifan pembelajaran dipengaruhi oleh faktor guru dan pebelajar.
Konsep belajar cepat adalah suatu pendekatan dalam dunia pendidikan modern yang menawarkan alternatif baru dalam proses pembelajaran.Konsep ini adalah sebuah konsep belajar yang dilatarbelakangi oleh kecepatan perubahan dunia yang menuntut adanya upaya untuk mengantisipasi perubahan tesebut. Upaya itu adalah dengan terus meningkatkan kemampuan belajar personal dan menguasai dua ketrampilan utama yang diyakini sebagai ketrampilan super pada dekade ini, yakni belajar bagaimana belajar dan belajar bagaimanaberpikir. Untuk menguasai dua ketrampilan ini, metode belajar yang dikembangkan dalam accelerated learning lebih ditekankan pada kecenderungan masing–masing individu terhadap gaya belajar pribadinya.Dengan cara inilah seseorang akan dapat belajar dengan menggunakan cara yang paling alamiah, dan yang alamiah itu akan menjadi proses belajar menjadi mudah,sedangkan belajar yang mudah akan menjadikan belajar lebih cepat. Pembelajaran berlangsung secara aktif karena pembelajar itu aktif dan kreatif. Bukti keaktifan dan kekreatifan itu dapat ditemukan dalam peranan dan fungsi otak kanan dan otak kiri pembelajar.
Teori belajar accelerated dibangun berdasarkan temuan riset terbaru mengenai struktur dan proses otak manusia dan berusaha untuk mengaktifkan semua aspek struktur tripartite otak. Kunci efektif pembelajaran dipercepat adalah menggunakan seluruh otak dalam poses belajar. Riset otak menunjukkan bahwa belajar melibatkan tubuh dan pikiran. Tubuh dan otak berintraksi dalam 2 cara yang berbeda :
1.      Sistem syaraf yang luas saraf diseluruh tubuh menjaga otak dinilai dari apa yang terjadi dalam tubuh setiap saat.
2.      Hipotalamus yaitu mengirimkan pesan–pesan kimiawi melalui darah sungai yang berpengalamansebagai berbagai emosi mulai dari kegembiraan menunjukkan kesadaran.
Ada 2 teori belajar intelegensi ganda agar mempercepat pembelajaran yaitu :
1). Orang belajar melalui berbagai dimensi atau kecerdasan. Intelegen didefenisikan sebagai ketrampilan memecahkan masalah, memungkinkan individu untuk menyelesaikan masalah asli atau kesulitan ketrampilan pemecahan masalah. Ada 7 kecerdasan untuk memperoleh informasi yaitu : Linguistik, logis, special, musical, kinestik, intrapersonal dan interpersonal.
2). Gaya belajar telah mendefinisikan bahwa peserta didik telah berbeda cara pembelajaran mengembangkan gaya belajar melalui kombinasi lingkungan dan praktek.
Pembelajaran berlangsung efektif dan optimal bila didasarkan pada karakteristik gaya belajar pembelajar sehingga penting sekali pemahaman atas gaya belajar pembelajar. Setidak-tidaknya ada tiga gaya belajar yang harus diperhitungkan dalam proses pembelajaran, yaitu gaya auditoris, gaya visual, dan gaya kinestetis. Pembelajaran berlangsung efektif dan optimal bila tercipta atau terdapat suasana nyaman, menyenangkan, rileks, sehat, dan menggairahkan sehingga kenyamanan, kesenangan, kerileksan, dan kegairahan dalam pembelajaran perlu diciptakan dan dipelihara. Pembelajar dapat mencapai hasil optimal bila berada dalam suasana nyaman, menyenangkan, rileks, sehat, dan menggairahkan. Untuk itu, baik lingkungan fisikal, lingkungan mental, dan suasana harus dirancang se-demikian rupa agar membangkitkan kesan nyaman, rileks, menyenangkan, sehat, dan menggairahkan.
Pembelajaran melibatkan lingkungan fisikal-mental dan kemampuan pikiran atau potensi diri pembelajar secara serempak. Oleh karena itu, penciptaan dan pemeliharaan lingkungan yang tepat sangat penting bagi tercapainya proses pembelajaran yang efektif dan optimal. Dalam konteks inilah perlu dipelihara suasana positif, aman, suportif, santai, dan menyenangkan; lingkungan belajar yang nyaman, membangkitkan semangat, dan bernuansa musikal; dan lingkungan fisik yang partisipatif, saling menolong, mengandung permainan, dan sejenisnya. Pembelajaran terutama pengajaran membutuhkan keserasian konteks dan isi. Segala konteks pembelajaran perlu dikembangkan secara serasi dengan isi pembelajaran.   Untuk itulah harus diciptakan dan dipelihara suasana yang memberdayakan atau menggairahkan, landasan yang kukuh, lingkungan fisikal-mental yang mendukung, dan rancangan pembelajaran yang dinamis. Selain itu, perlu juga diciptakan dan dipelihara penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar yang merangsang  untuk belajar, dan keterampilan hidup yang suportif. Pembelajaran berlangsung optimal bilamana ada keragaman dan kebebasan karena pada dasarnya pembelajar amat beragam dan memerlukan kebebasan. Karena itu, keragaman dan kebebasan perlu diakui, dihargai, dan diakomodasi dalam proses pembelajaran. Keseragaman dan ketertiban (dalam artikekakuan) harus dihindari karena mereduksi dan menyederhanakan potensi dan               karakteristik pembelajar. Potensi dan karakteristik pembelajar sangat beragam yang memerlukan  suasana  bebas  untuk  aktualisasi atau artikulasi.
            Pembelajaran akselerasi pada tingkat tinggi dalam konteks ini telah terfokus pada program–program pembelajaran tingkat dewasa.
Ada  3  komponen  pembelajaran di percepat untuk orang dewasa yaitu :
a)      Orang dewasa berhasil dalam program dipercepat karena guru menganggap orang  dewasa yang kompoten contributor untuk masyarakat.Menurut Andrgogi orang dewasa membawa  kekayaan pengalaman dan ketrampilan kedalam lingkungan belajar. Dimana orang dewasa membangun belajar yang telah terjadi.
b)      Program percepatan berhasil merancang sebuah lingkungan selaras dengan siswa sehari– hari didunia.
c)      Program percepatan sukses membangun identitas orang dewasa. Identitas orang dewasa bergantung pada penguasaan diri yang mana belajar berdasarkan pengalaman dan berfokus pada pemecahan masalah nyata.
Teori belajar dipercepat bahwa belajar di alam dan social dapat menimbulkan kerja sama dan persaingan antara peserta didik yang dapa mempercepat proses belajar. Teori belajar ini menggambarkan beragam kecerdasan dan gaya belajar dalam kelompok pembelajaran kolaboratif menarik  pada siswa sehingga menciptakan  kekuatan dan  pengetahuan bersama.
Manfat belajar kolaboratif dalam relasonal dan kehidupan emosional siswa melalui proses diskusi siswa dalam kelompok belajar kolaboratif dapat memperjelas nilai–nilai  mereka, mempertajam pemahaman diri, dan memonitor sikap mereka, mengembangkan ide-ide baru, ketrampilan interpersonal, dan menerima umpan balik yang terus-menerus. Dukungan secara signifikan meningkatkan tingkat belajar dan menurunkan tingkat kegagalan.
Kita semua tahu betapa sulitnya mendefinisikan frasa ‘effective teaching’. Guru dengan cara mengajar yang berbeda dapat dikatakan efektif. Tetapi hal yang paling penting yang perlu kita pelajari dalam proses belajar mengajar adalah, tidak ada satu pun metode yang menjadi jalur terbaik untuk mengajar.
Namun, kita dapat menentukan beberapa kriteria/karakteristik umum dari ‘effective teaching’ itu sendiri. Diantaranya :
A.     Kemampuan Presentasi
a.      Siswa harus mengenal dan mengetahui apa yang diharapkan untuk  mereka kuasai, baik seluruh konsep mata pelajaran, maupun per bagian pembelajaran. Tujuan pembelajaran harus ditetapkan secara jelas dan diagendakan.
b.      Relasi antar topic dalam satu sesi harus dibuat secara jelas.
c.       Topic utama dan sub topic harus dibedakan
d.      Guru harus berbicara dengan jelas, volume suara yang sesuai diimbangi dengan pemilihan kata yang sesuai
e.      Hindari perilaku atau bahasa tubuh yang bias mengacaukan perhatian
f.        Uraian mengenai konsep yang sulit harus disediakan
g.      Contoh, ilustrasi, hubungan dengan pengalaman siswa termasuk di dalam pengajaran.
h.      Harus ada variasi, dalam materi yang digunakan, nada suara, postur tubuh, dan gerakan
B.      Kemampuan Interaksi
a.      Siswa harus didorong untuk memberikan komentar, bertanya, dan berpartisipasi di dalam diskusi (tanpa melihat ukuran kelas)
b.      Diskusi harus didorong oleh siswa, bukan dari guru
c.       Guru harus menciptakan atmosfir yang bersahabat dan memberikan keterbukaan untuk partisipasi siswa
d.      Guru harus dengan dapat dijangkau oleh siswa, setelah kelas, selama jam kerja, dan/atau selama proses belajar mengajar.
e.      Guru tidak boleh menganggap remeh komentar atau pertanyaan siswa
f.        Guru harus memancing pikiran siswa dengan pertanyaan yang kritis
g.      Guru tidak boleh memilih-milih siswa, kecuali untuk memberikan komentar atau bertanya.
C.      Tingkat kesulitan dan Beban Kerja
a.      Guru harus beradaptasi dengan perbedaan individu di antara siswa.
b.      Tingkat kesulitan dan pelajaran harus sesuai bagi kebanyakan siswa
c.       Kecepatan mengajar haruslah sesuai, tidak memenringkan materi yang harus dikejar
d.      Guru harus menyediakan beberapa pertimbangan bagi siswa, khususnya bagi komitmen-komitmen yang lain, beban kerja, fleksibilitas fasilitas
e.      Guru harus melakukan cek terhadap prasyarat belajar
D.     Evaluasi dan Umpan Balik
a.      Umpan balik yang positif harus diberikan bagi kontribusi siswa pada kelas
b.      Umpan balik rutin harus diberikan selama pembelajaran
c.       Teknik evaluasi harus berelasi secara jelas dengan tujuan pembelajaran
d.      Setiap upaya untuk menyediakan evaluasi yang adil dan obyektif harus disediakan
e.      Evaluasi pembelajaran harus muncul secara berkala
f.        Siswa harus ditanya untuk umpan balik dalam persepsi mereka sementara mereka ada di dalam pembelajaran
E.      Mendorong kemandirian dan pembelajaran mandiri
a.      Siswa harus didorong untuk berpartisipasi di dalam beberapa aspek dari perencanaan pendidikan, contohnya topic yang akan dibahas, metode yang akan digunakan, dan materi pembelajarannya
b.      Siswa harus didorong untuk berpartisipasi di dalam beberapa aspek dari evaluasi pembelajaran mereka.
c.       Pengalaman siswa harus diambil dan dikomprehensifkan dengan proses pembelajaran
d.      Kebutuhan dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran harus diartikan dan diadaptasikan.
e.      Siswa harus didorong untuk mencari sumber-sumber pembelajaran mereka sendiri, untuk menyelesaikan masalah, dan untuk bekerja dengan proyek-proyek yang lain, tugas, dan bahan bacaan
f.        Nilai-nila, sikap, dan kepercayaan siswa harus dipertimbangkan dan dihargai.
F.       Penggunaan Material
a.      Buku bacaan harus sesuai dengan tingkat membaca siswa
b.      Variasi dari materi harus digunakan
c.       Jika mungkin, hal-hal yang nyata atau model dari hal-hal nyata, harus dipresentasikan di depan kelas
d.      Materi visual harus sederhana dan jelas
e.      Titik-titik penting harus dipresentasikan menggunakan lebih dari satu media
f.        Materi audio-visual harus dapat dilihat dan didengar oleh seluruh siswa.




BAB II
EFFECTIVE SAINS TEACHING
IN ACCELEREATED LEARNING PROGRAM


A.     Pengajaran harus konsisten dengan penyelidikan tentang alam
Sains, Matematika dan teknologi didefinisikan sebanyak apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukannya sebagaimana yang telah dicapainya. Untuk mengerti ketiga hal ini, membutuhkan pengalaman pribadi siswa dengan jenis-jenis pemikiran dan aksi yang mirip dengan pembelajaran. Maka dari itu, guru harus melakukan hal-hal berikut :
                                i.            Mulailah dengan pertanyaan tentang alam di sekitar mereka
Pengajaran haruslah dimulai dengan pertanyaan dan fenomena yang akrab di dalam pikiran siswa. Jangan memulai dengan sesuatu yang berada di luar jangkauan persepsi dan pengertian mereka. Siswa butuh untuk berkenalan dengan hal-hal di sekitar mereka, termasuk organisme, materi, bentuk, dan sebagainya. Kemudian mereka sendiri yang akan terpacu untuk mengobservasinya, mengumpulkannya, memegangnya, menjelaskannya secara rinci, menanyakannya, dan menemukan jawaban atas pertanyaan mereka.
                              ii.            Dorong siswa secara aktif
Siswa perlu untuk menerima dan melaksanakan banyak variasi dan kesempatan, di antaranya untuk mengumpulkan, menyortir, membuat katalog, mengobservasi, membuat catatan, membuat sketsa, mewawancara, membuat polling dan survey, menggunakan lensa, mikroskop, thermometer, kamera, dan instrument-instrumen umum lainnya. Mereka seharusnya membedah, mengukur, menghitung, membuat grafik, mengkomputasi, mengekplorasi substansi umum dan kimia, menanam dan memanen, dan secara sistematis mengobservasi perilaku social dari manusia atau hewan. Hal-hal ini adalah urgensi dari pengajaran yang jauh lebih penting daripada presentasi materi satu arah. Guru yang efektif adalah guru yang mengajar dengan melibatkan siswa secara aktif.
                            iii.            Berkonsentrasi pada koleksi-dan penggunaan bukti
Siswa harus diberikan masalah untuk dipecahkan. Masalah yang diberikan harus pada level kematangan pengertian mereka. Siswa harus mengumpulkan bukti apa yang relevan dan memberikan interpretasi dari bukti-bukti tersebut. Hal ini menempatkan observasi yang hati-hati dan pikiran yang analitis kepada siswa. Siswa membutuhkan bimbingan, dorongan, dan mempraktekkan dalam mengumpulkan , menyortir, dan menganalisis bukti, serta membangun argument berdasarkan bukti-bukti tersebut. Namun perlu dicatat bahwa penggunaan bukti ini harus merupakan sesuatu yang memuaskan secara intelektual.
                             iv.            Berikan perspektif sejarah/awal mula
Selama masa pendidikan, siswa akan menemukan banyak ide-ide sains yang diberikan dalam konteks sejarah. Siswa dapat mengembangkan kepekaan bagaimana sains benar-benar terjadi dengan mempelajari sesuatu dari pertumbuhan ide-ide sains. Sejarah sangat penting bagi keefektifan mengajar sains karena dapat membawa siswa kepada perspektif social, yaitu pengaruh masyarakat dalam pengembangan sains dan teknologi, serta dampak dari sains tersebut terhadap masyarakat. Sebagai contoh, bagi siswa untuk memahami bagaimana wanita dan kelompok minoritas telah memberikan pengaruh yang besar bagi masyarakat meskipun  ada penghalang dalam perkembangannya, siswa dapat melihat hal tersebut dalam sejarah Mesir kuno, Yunani, Arab, dan kebudayaan China.
                               v.            Berikan ekspresi yang jelas
Tulisan dan ucapan yang efektif sangatlah penting di dalam setiap aspek kehidupan, sehingga guru di setiap tingkatdan segala subjek harus menempatkan prioritas yang tinggi terhadap siswa. Sebagai tambahan, guru sains harus memberikan penekanan ekspresi yang jelas, karena pembuktian terhadap sains itdak dapat ditangkap ataupun dimengerti dengan jelas tanpa adanya penekanan ekspresi pada prosedur, penemuan, dan ide-ide.
                             vi.            Gunakan pendekatan tim
Kolaborasi dari kerjasama sains dan penggunaan teknologi harus diupayakan secara kuat di dalam kelompok-kelompok kelas.  Para ahli dan para insinyur sangat sering bekerja di dalam dalam kelompok dibandingkan bekerja sendirian. Dalam posisi yang sama, siswa dalam kelompok harus secara rutin menginformasikan satu sama lain tentang prosedur dan makna-makna, berargumen terhadap penemuan-penemuan, dan mengelola tugas. Dalam konteks tanggung jawab kelompok, umpan balik dan komunikasi menjadi lebih realistis dan memberikan pendekatan yang berbeda dari teks book ataupun pekerjaan rumah yang selama ini diberikan.
                           vii.            Jangan pisahkan pengenalan dari penemuan
Dalam sains, kesimpulan dan metode-metode yang memimpin kepada pengertian harus dipasangkan secara erat. Sifat alami dari penyelidikan berdasar pada apa yang sedang diinvestigasi, dan apa yang dipelajari berdasarkan metode=metode yang digunakan. Pengajaran sains yang berupaya untuk semata-mata memberikan akumulasi dari pengetahuan kepada siswa memimpin kepada pengertian yang kecil dan tentu tidak kepada pengembangan intelektual yang mandiri dan pengembangan fasilitas. Tetapi kemudian, untuk mengajar alasan-alasan sains sebagai suatu set prosedur terpisah dari substansi-substansi khusus. Guru sains harus menolong siswa untuk mendapatkan pengetahuan sains dan kebiasaan pemikiran sains pada saat yang bersamaan.
                         viii.            Kurangi penekanan terhadap kosakata teknis
Tujuan utama dari pengajaran sains harus lebih mengarah kepada pengertian daripada pemahaman istilah-istilah. Namun, terminology yang baik juga penting dalam komunikasi sains dan yang ppaling penting untuk kesepahaman. Jika guru memperkenalkan istilah-istilah teknis hanya jika dibutuhkan saja dalam konteks mengkomunikasikan sains secara efektif, maka siswa akan secara bertahap membangun kosakata fungsional yang cukup untuk pembelajaran sains di tahap tertentu. Jika guru hanya berfokus pada kosakata/istilah-istilah sains, maka akan mengalihkan focus siswa dan mengacaukan pembelajaran sains sebagai suatu proses.
B.      Pengajaran sains harus merefleksikan nilai-nilai sains
Sains lebih dari sekedar sebuah bagian pengetahuan dan sebuah jalur akumulasi dan validasi pengetahuan tersebut. Sains juga sebuah aktivitas sosial yang memasukkan nilai nilai humanis tertentu. Memegang rasa ingin tahu, kreativitas, imaginasi, dan keindahan di dalam penghargaan tentu saja tidak dibatasi kepada sains. Bagaimanapun juga, hal-hal tersebut adalah karakteristik dari upaya sains. Dalam mempelajari sains, siswa harus menghadapi nilai-nilai sebagai bagian dari pengalaman mereka. Hal ini mendorong guru untuk memiliki hal-hal berikut:
                                i.            Menyambut rasa ingin tahu
Sains tidak menciptakan rasa ingin tahu. Tetapi sains menerima hal tersebut,memeliharanya, memasukkannya, menghargainya, dan mendisiplinkannya,. Demikian pula dengan pengajaran sains yang baik. Guru sains harus mendorong siswa untuk mengumpulkan pertanyaan tentang materi-materi yang sedang dibahas, menolong mereka belajar untuk membingkai pertanyaan mereka secara jelas dan mulai untuk mencari jawaban atas pertanyaan itu, memberikan saran yang produktif, dan memberikan penghargaan kepada mereka yang memberi pertanyaan yang unik namun relevan. Dalam kelas sains, kata “mengapa” harus dihargai sama dengan “apa”
                              ii.            Penghargaan atas kreativitas
Ahli sains menghargai penggunaan imaginasi yang kreatif. Kelas sains harus menjadi tempat dimana kreativitas dan penemuan dihargai, dikenal dan didorong. Sebaliknya guru dapat memberikan kreatifitas mereka sendiri dengan cara menemukan aktivitas yang akan menumbuhkan kretifitas siswa.
                            iii.            Mendorong semangat pertanyaan yang sehat
Ahli-ahli sains menjadi hebat dengan sikap mereka yang skeptic dan selalu bertanya tentang segala sesuatu. Pusat perhatiannya adalah setiap bukti, teori dan logika yang diklaim dan setiap pengalaman menjadi hal yang harus dijawab. Di dalam kelas sains, guru sudah sepantasnya mengajukan pertanyaan “bagaimana kita bisa tahu?”, “apa bukti-buktinya?”, apa argument yang bias kita ajukan?”, “apakah ada alternative lain?”. Tujuannya adalah untuk memberikan siswa kebiasaan untuk memiliki dan memposisikan diri dalam membingkai pertanyaan dan jawaban.
                             iv.            Menghindari dogmatisme
Siswa harus mengalami sains sebagai proses untuk memperluas pengertian mereka, bukan sebagai kebenaran yang tidak lagi terbantahkan. Hal ini berarti guru harus berhati-hati menyampaikan materi ataupun hal-hal yang ada di buku teks sehingga tidak menjadi otoritas tertinggi yang kesimpulannya selalu benar. Dengan jalan ini guru memberikan keseimbangan kepada siswa agar memiliki pikiran untuk menerima sains sebagai suatu teori yang besar dengan pikiran yang tetap terbuka terhadap hal-hal baru.
                               v.            Mempromosikan respon/tanggapan yang alami
Banyak orang yang menganggap sains sebagai sesuatu yang tidak menarik. Guru harus bertindak menangani hal ini. Tanggapan buruk tentang sains bisa dihindari dengan cara menyesuaikan pola belajar sesuai umur dan ketertarikan mereka. Kita tidak bisa memaksakan siswa belajar mengenai hal tidak mereka sukai. Sebaliknya guru akan dengan sangant mudah mengajar bila siswa telah tertarik dengan pelajaran yang akan diajarkannya.
C.      Pengajaran Sains Harus Mengarah Pada Pembelajaran yang Menetralkan Kecemasan
Guru harus menyadari bahwa bagi sebagian siswa, belajar sains melibatkan perasaan cemas dan takut gagal. Perasaan cemas dan takut gagal ini sebagian berasal dari apa yang diajarkan, sebagian dari bagaimana cara mengajar, sebagian lagi berasal dari sikap lingkungan siswa tersebut yang memiliki stigma perasaan cemas dan takut gagal yang ditularkan kepada siswa. Guru harus meyakinkan siswa bahwa guru mengerti perasaan cemas dan takut gagal mereka dan bahwa guru akan bekerja bersama-sama siswa untuk mengalahkan perasaan tersebut. Guru dapat mengambil beberapa langkah berikut ini:
                                i.            Membangun kesuksesan
Guru harus memastikan bahwa siswa memiliki keinginan untuk sukses dalam pembelajaran sains, dan mereka tidak boleh ditekan untuk menjawab semua jawaban dengan benar sebagai syarat sukses. Di atas segalanya, seperti dikatakan Alfred North Whitehead, sains itu sendiri tidak pernah benar-benar tepat. Mengerti segala sesuatu tidak pernah absolut, dan memerlukan banyak bentuk. Guru harus berjuang untuk membuat seluruh siswa (terutama yang kurang percaya diri) untuk bersikap perhatian terhadap kemajuan mereka dan mendorong mereka untuk tetap belajar.
                              ii.            Sediakan Pengalaman yang banyak dalam menggunakan alat-alat
Banyak siswa yang takut menggunakan instrument laboratorium dan peralatan lainnya. Ketakutan ini akan menghasilkan kurangnya kesempatan bagi mereka untuk menjadi akrab dengan alat-alat tersebut dalam keadaan aman. Wanita kurang dapat beradaptasi dibanding pria. Diawali dari tingkat awal, siswa harus mulai dibiasakan untuk akrab dengan alat-alat laboratorium.
                            iii.            Tingkatkan pembelajaran kelompok
Pendekatan grup/kelompok memiliki nilai motivasional terpisah dari kebutuhan akan pembelajaran kelompok untuk mempromosikan pengertian bagaimana cara kerja sains. Penekanan yang berlebihan terhadap kompetisi di antara siswa untuk mendapatkan nilai yang tinggi membelokkan motif primer pembelajaran sains. Kompetisi di antara siswa dalam kelas sains juga bisa menghasilkan ketidaksukaan terhadap sains, dan siswa bisa kehilangan kepercayaan diri terhadap kemampuan mereka untuk belajar sains. Pendekatan kelompok memiliki banyak keuntungan dalam pendidikan. Grup belajar menolong siswa untuk emlihat setiap orang dapat memberikan kontribusi yang sama untuk mecapai tujuan dan kemajuan tersebut tidak bergantung pada kemampuan yang sama dari setiap orang.
D.     Pengajaran Harus Diperluas di Luar Sekolah
                                i.            Siswa belajar dari orang tua, saudara, kereabat, teman sebaya, dan figur orang dewasa, sama seperti mereka belajar dari guru. Mereka belajar dari film, radio, musik, buku-buku dan majalah, komputer, kunjungan ke museum, pesta, pertemuan klub, acara olahraga, konser musik, sama seperti mereka belajar dari buku teks sekolah. Guru sains harus mengungkapkan kekayaan dari sumber-sumber ini dalam komunitas yang lebih besar dan melibatkan orang tua serta orang dewasa lainnya dalam jalur yang berguna. Penting juga bagi guru untuk mengenali siswa yang mendapatkan pembelajaran yang salah, tidak lengkap, pengertian yang sedikit, atau kesalahpahaman, tetapi tep percaya bahwa pendidikan formal dapat memperbaikinya.
E.      Pengajaran Membutuhkan Waktu
Dalam belajar sains, siswa membutuhkan waktu untuk mengeksplorasi, membuat observasi, mengambil jalur yang salah, menguji ide-ide, melakukan hal yang sam berulang-ulang, mengkalibrasi instrumen, mengumpulkan, menguji model atas ide-ide tersebut, bertanya, membaca, berargumentasi. Oleh karena itu konsep sains yang diberikan harus secara periodik meningkat. Siswa butuh untuk mengulang kembali namun dengan isi yang lebih komprehensif di tingkatan yang lebih tinggi.




BAB IV
PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI ALTERNATIF DALAM EFFECTIVE SAINS TEACHING


Tidak dapat dipungkiri, kemajuan teknologi yang cepat sangat berdampak kepada kemampuan guru untuk dengan cepat beradaptasi terhadap pola pengajaran dan juga instrumen/peralatan yang digunakan untuk belajar.  Salah satunya adalah penggunaan internet. Internet telah menjadi konsumsi publik dan bertumbuh secara pesat di Indonesia sejak tahun 1900-an, menjadi sebuah media yang cepat dan akurat dalam mengkomunikasikan hampir segala hal.
Penggunaan Internet berkembang pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Dicky Moechtar, Direktur Marketing First Media, jumlah pengguna internet di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi meskipun persentasenya masih kecil. Internet World Stats memberikan peringkat lima pada Indonesia dengan 25 juta pengguna dalam kategori jumlah pengguna Internet di Asia setelah China pada peringkat pertama dengan 298 juta pengguna, Jepang pada peringkat kedua dengan 94 juta pengguna, India pada peringkat ketiga dengan 81 juta pengguna, serta Korea Selatan dengan 36,8 juta pengguna. Tingkat pertumbuhan pengguna Internet di Indonesia pun cukup tinggi, yaitu sebesar 1150% pada tahun 2000 hingga 2008. Proses pembelajaran pun dapat mengambil keuntungan dari penggunaan internet ini sebagai alternatif untuk membuat pembelajaran sains lebih efektif. Khususnya dalam hal monitoring, mentoring dan aktivitas sains siswa di rumah. Bahkan intenet dapat menjadi jalur komunikasi dan tatap muka siswa dan guru mealui fasilitas video conference.
Berdasarkan fakta tersebut, kita mengetahui bahwa pengguna Internet di Indonesia tidaklah sedikit. Pengguna Internet tersebut mayoritas adalah remaja yang berusia lima belas hingga sembilan belas tahun. Usia tersebut adalah rentang usia pelajar SMA. Penggunaan Internet tersebut memiliki dapat memberikan dampak positif serta negatif kepada penggunanya. Bagi remaja, sebagai mayoritas pengguna, Internet dapat memberikan dampak positif berupa pemberian sumber informasi bermanfaat yang dapat membantu mengembangkan dirinya. Dampak negatifnya antara lain adalah rusaknya moral akibat situs-situs yang hanya memenuhi kebutuhan hawa nafsu penggunanya, seperti situs yang berisikan pornografi, kekerasan, permainan, dan lain-lain.
Memperlengkapi guru dengan kemampuan untuk menyediakan pengajaran berbasis internet (e-learning) adalah sebuah proses yang harus konsisten dan berkesinambungan. Karena pemanfaatan internet adalah sebuah investasi masa depan, tidak hanya bagi siswa, tetapi juga bagi kesadaran publik. Oleh karena itudiperlukan peran dari banyak elemen terkait untuk mendukung penyediaan layanan ini.
Pada dasarnya yang dibutuhkan oleh seorang guru untuk mengajar dengan menggunakan internet sebagai alat pengajaran adalah kemampuan untuk mengakses website dan mengelolanya dengan baik sehingga dapat diakses oleh siswa. Namun tidak hanya terbatas disitu saja, guru juga harus mampu berkomunikasi melalui surat elektronik (e-mail), instant messenger, dan video conference, sehingga jalur komunikasi siswa dan guru lebih baik dan tepat sasaran. Dalam perkembangannya dapat kita lihat bahwa guru dapat memberikan tugas melalui website kepada siswa, kemudian siswa mengakses website, mengumpulkan kembali kepada guru melalui e-mail. Bila ada hal-hal yang tidak jelas, atau jika guru ingin memberikan instruksi yang lebih lanjut, guru dan siswa dapat berkomunikasi lewat instant messenger ataupun video conference.
Penggunaan internet sangatlah praktis dan mengehemat biaya dan waktu. Namun perlu diingat bahwa internet tidak dapat menggantikan tatap muka langsung antara siswa dan guru. Meskipun internet dapat menyediakan fasilitas yang mendekati fasilitas di dalam kelas, namun tatap muka langsung tetaplah penting.
Penggunaan internet sebagai alternatif pengajaran sains yang efektif adalah terobosan baru di dalam dunia pendidikan. Dengan demikian siswa mendapatkan kesempatan yang lebih luas lagi untuk menggali dan mengekplorasi sumber-sumber pengetahuan sains dengan jalan mengakses website pemebelajaran tersebut.
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan Internet sebagai media pembelajaran. Pertama, Internet hanya dijadikan sebagai sumber referensi materi pelajaran. Melalui metode ini, peserta didik bisa mendapatkan berbagai informasi yang berhubungan dengan materi yang sedang diajarkan. Dengan demikian, peserta yang didik akan mendapatkan berbagai wacana dari Internet sebelum pengajar menyampaikan materi tersebut.
Metode kedua adalah dengan memanfaatkan blog yang dikelola oleh pengajar. Blog tersebut dapat berisikan wacana-wacana yang diberikan oleh pengajar serta kemudian dikomenteri oleh peserta didik. Dengan demikian, peserta didik harus aktif menanggapi isu-isu yang dilontarkan oleh pengajar di blog tersebut.
Metode ketiga adalah tiap peserta didik dan pengajar mengelola blog masing-masing. Blog pengajar dapat berisikan penugasan-penugasan yang diberikan kepada peserta didik. Peserta didik mengelola blog yang berisikan jawaban dari penugasan-penugasan yang diberikan oleh pengajar. Kemudian, para peserta didik mengomentari tugas yang dibuat oleh peserta lain.
Metode keempat adalah dengan menggunakan sarana jejaring sosial yang berkembang pesat saat ini, seperti Friendster dan Facebook. Sarana jejaring sosial ini digunakan dalam proses belajar karena tidak sedikit remaja yang aktif menggunakannya untuk berkomunikasi dengan teman-teman atau komunitasnya. Pemanfaatan sarana jejaring sosial ini dalam proses pembelajaran pun cukup mudah. Pengguna dapat melakukannya hanya dengan menuliskan tulisan-tulisan ilmiahnya pada fitur yang telah disediakan, contohnya Notes pada Facebook. Namun demikian, yang perlu diperhatikan adalah hal yang menjadi titik tekan pada sarana jejaring sosial ini bukanlah sebagai sarana edukasi tetapi sebagai sarana untuk membangun komunitas pertemanan atau jejaring sosial. Jadi, tentu saja porsi membangun komunitas lebih besar daripada sisi edukasinya[3].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar