Rabu, 11 Mei 2011

“KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR MATA PELAJARAN IPA BERBASIS TIK”
Pendahuluan
Ketrampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ingin menjadi seorang guru yang profesional, karena disamping ia harus menguasai substansi bidang studi yang diampuhnya, ketrampilan dasar mengajar juga adalah merupakan ketrampilan penunjang untuk keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Saat ini sedang dikembangkan paradigma baru kurikulum pendidikan dasar dan menengah dimana kini guru diharapkan hanya sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar, dengan pembelajaran yang lebih realistik dan aplikatif khususnya bidang pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Oleh karena itu perlu dikermbangkan materi Keterampilan Dasar Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang berbasis Tehnologi Informasi dan Komunikasi yang aplikatif dan realistik, untuk lebih memudahkan tercapainya keberhasilan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan paradigma baru tersebut.
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR MATA PELAJARAN IPA
Keterampilan Dasar Mengajar I, yakni: Ketrampilan bertanya yang mensyaratkan guru harus menguasai tehnik mengajukan pertanyaan yang cerdas, baik ketrampilan bertanya dasar maupun ketrampilan bertanya lanjut, Keterampilan Dasar Mengajar II, Ketrampilan memberi penguatan seorang guru perlu menguasai ketrampilan memberikan penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan perhatian, Keterampilan Dasar Mengajar III Ketrampilan mengadakan variasi, baik variasi dalam gaya mengajar, penggunaan media dan bahan pelajaran, serta pola interaksi, (Turney 1973),
Pendekatan Ketrampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan ketrampilan-ketrampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa ( DEPDIKBUD, dalam Moedjiono, 1992/1993)
Ketrampilan proses adalah ketrampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. (Nasution, 2007)
Pendekatan ketrampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan peserta didik pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik, Dimyati dan Mudjiono (Sumantri, 1998/1999). Yang perlu dimiliki dan diketahui oleh guru dari semua bidang studi. Jika dipertimbangkan bahwa bidang-bidang studi yang ber-macam-macam mempunyai ciri-ciri pengajaran yang khas, keterampilan mengajar untuk bidang-bidang studi khusus perlu dikembangkan. Perkembangan dunia pendidikan menggunakan program Komputer saat ini menyebabkan kekhasan ciri pengajaran dari masing-masing studi makin tampak, dan perbedaannya dengan pengajaran bidang studi lain makin nyata.
A. Hakekat Pengajaran Sains dengan menggunakan TIK
Hakekat belajar dan pembelajaran dengan mengunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Pemahaman terhadap Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan mengunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah berkembang dari pemahaman bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai produk (a body of knowledge) menjadi: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai cara berpikir dan bertindak (Science as a way of thinking and acting), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai keterampilan proses (Science is process science skills), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai proses penyelidikan ilmiah (Science as a way of investigating).
Perubahan pemahaman terhadap hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tersebut, secara konseptual, pandangan orang terhadap pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) semakin mengarah pada makna yang hakiki. Makna hakiki dari belajar dan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) lebih diartikan sebagai pembentukan kompetensi anak didik melalui peningkatan motivasi dan aktivitas diri siswa (competence based learning) daripada pembekalan pengetahuan melalui transfer pengetahuan dari guru ke siswa (knowledge-based learning). Sebagai contoh, digunakannya pendekatan keterampilan proses Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam kurikulum 1984 dan 1994 di SD, SLTP dan SMU di Indonesia, menandakan bahwa pendidikan di sekolah-sekolah tersebut menekankan terbentuknya keterampilan proses Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada diri siswa daripada pemberian bekal pengetahuan keilmuan melalui konsep-konsep yang diajarkan oleh guru.
Lebih dari itu, jika pada akhir-akhir ini para ahli pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengembangkan pendekatan-pendekatan baru (misalnya pendekatan konstruktivisme) dimana mereka menganjurkan agar para siswa lebih banyak diberi kesempatan belajar dalam lingkungan yang memberdayakannya untuk membangun sendiri konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) selaras dengan taraf perkembangan dan kebutuhannya, sesuai dengan latar belakang kondisi masyarakat dan lingkungan hidupnya, maka sebaiknya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah menggunakan metode-metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa untuk membangun pemahamannya tentang alam semesta dan lingkungan sekitar.
Metode-metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang bersifat konstruktivisme antara lain metode demonstrasi, metode eksperimen. Namun, metode-metode tersebut menjadi lebih efektif kalau disertai dengan metode-metode yang lain, misalnya: metode diskusi, metode simulasi. Dan perkembangan tersebut perlu juga diikuti dengan peningkatan keterampilan mengajar guru dalam menerapkan metode-metode pembelajaran tersebut di atas.
Keterampilan dasar mengajar untuk pembelajaran dengan metode-metode khusus bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) akan meningkatkan intensitas pembelajaran. mungkin bukan hanya kompetensi dibidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), melainkan juga kompetensi di berbagai aspek kehidupan manusia.
B. Keterampilan Mengajar Demonstrasi
1. Prinsip-prinsip Mengajar dengan Demonstrasi yang menggunakan TIK
Demonstrasi merupakan suatu metode mengajar yang sering digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Demonstrasi dengan menggunakan Komputer untuk memperagakan:
1. cara menggunakan alat, misalnya: cara menggunakan mikroskop.
2. prinsip dan prosedur kerja suatu alat, misalnya: prinsip kerja Respirometer
3. prosedur pelaksanaan percobaan/eksperimen, misalnya: prosedur percobaan untuk
menguji adanya karbohidrat dalam tepung.
4. fenomena alam dalam rangka pemahaman suatu konsep atau prinsip sains,
misalnya: fenomena tentang nyala dua bola lampu listrik yang dipasang secara seri
atau paralel.
5. merangsang siswa untuk menemukan masalah dan membimbing siswa untuk
memecahkan masalah. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
demonstrasi dapat memberikan fasilitas kepada siswa untuk meningkatkan
keterampilan proses Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan melakukan inkuari ilmiah,
antara lain:
a. meningkatkan keterampilan mengamati, dan rasa ingin tahu,
b. memberi inspirasi untuk meningkatkan keterampilan memprediksi, inferensi, dan komunikasi.
c. meningkatkan kejelian terhadap adanya masalah.
d. memberi arah untuk menemukan atau menyusun hipotesis.
e. memberi inspirasi untuk merancang investigasi.
Demonstrasi dengan mengunakan komputer meliputi kegiatan memamerkan dan menjelaskan (pada pihak guru), mengamati dan mereplikasi (pada pihak siswa). Demonstrasi menjadikan bahan ajar lebih konkret dan lebih nyata bagi siswa, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyaksikan atau mengalami kejadian atau keterampilan nyata sambil memperhatikan penjelasan.
Demonstrasi dapat digunakan sebagai metode pembelajaran yang berdiri sendiri dalam suatu proses belajar mengajar, atau dapat digunakan bersama-sama dengan metode lain dalam suatu kombinasi multi metode. Penerapan demonstrasi sebagai metode yang berdiri sendiri dalam suatu proses belajar mengajar dapat dijalankan dengan mengikuti prosedur yang diusulkan oleh Joice and Well dalam Louisell (1992). Ia membagi prosedur demonstrasi menjadi lima tahap.
1. Pembukaan.
2. Menyajikan pengetahuan prasyarat atau rasional.
3. Menampilkan model penampilan dengan benar. Tahap ini merupakan tahap
pelaksanaan demonstrasi, dan pada tahap ini guru dituntut untuk melakukan tiga
hal:
a.Mempelajari dan menguasai konsep dan keterampilan yang akan didemonstrasikan,
b.Memecah-mecah konsep atau keterampilan menjadi komponen-komponen lebih kecil dan mengaturnya dalam urutan belajar yang sesuai,
c.Menjalankan langkah-langkah demonstrasi tahap demi tahap (untuk ini perlu dibuat persiapan tertulis).
4. Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih dalam kondisi terkontrol.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mentransfer pengetahuan dan
pengalaman-nya ke situasi yang kompleks.
Jika dipadukan dengan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan penutup, tahap-tahap demonstrasi menurut (Joice and Well, dalam Louisell, 1992) dapat diuraikan sebagai berikut.
2. Tahap Pembelajaran Demonstrasi
Menurut (Joice and Well, dalam Louisell, 1992) adalah:
• Pembukaan membangkitkan motivasi kepada siswa.
• Awal Menyajikan pengetahuanprasyarat atau rasional. Lewat media pembelajaran Komputer Menggali pengetahuan awal siswa, bisa kemampuan prasyarat atau pengetahuan awal tentang konsep yang dipelajari.
• Pelaksanaan demonstrasi.
• Penyajian, penjelasan konsep.
• Inti Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih dalam kondisi terkontrol.
• Kegiatan latihan siswa untuk merefleksikan materi yang telah didemonstrasikan: mencatat data yang ada di Komputer , menganalisis data, dan penarikan kesimpulan. Bila diperlukan siswa diberi kesempatan untuk mengulang demonstrasi.
• Penutup Memberi kesempatan kepada siswa untuk mentransfer pengetahuan yang di dapat dari Komputer dan pengalamannya ke situasi yang kompleks.
• Kegiatan pemantapan: tugas rumah, proyek, dll.
Jika demonstrasi digunakan dalam proses pembelajaran yang menggunakan Program komputer sebagai kombinasi metode di antara metode yang lain, pelaksanaan demonstrasi dapat ditempatkan pada awal, inti, atau penutup pelajaran. Jika ditempatkan pada awal pelajaran, demonstrasi dimaksudkan untuk membangkitkan motivasi belajar, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi fenomena dan masalah, serta menggali pengetahuan awal siswa tentang konsep yang sedang dipelajari.
Pada inti pelajaran demonstrasi bermanfaat untuk menunjukkan fakta, menjelaskan konsep atau prinsip. Pada akhir pelajaran demonstrasi dapat digunakan untuk menilai hasil belajar siswa; penilaian ini merupakan penilaian terhadap pengalaman langsung siswa, dan cocok untuk menilai kemampuan keterampilan proses sains. Dalam pelaksanaannya, selama atau sesudah demonstrasi siswa diberi pertanyaan tentang hal-hal yang tampak.


3.Keterampilan Khusus Berdemonstrasi
Secara umum demosntrasi dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk meningkatkan keefektifan tercapainya tujuan pengajaran. Demonstrasi dapat dilaksanakan sebagai satu metode dalam satu proses pembelajaran menggunakan Komputer, atau sebagai salah satu metode dalam suatu proses pembelajaran. Demonstrasi dapat disajikan di awal pelajaran, dengan tujuan untuk menyajikan fenomena, menggali pengetahuan awal siswa, dan memotivasi belajar siswa. Maka dari itu, guru perlu menguasai kecakapan dan keterampilan berdemonstrasi.
a. Prademonstrasi
1. Memahami tujuan demonstrasi. Dalam pembelajaran konstruktivisme, tujuan khusus demonstrasi ada tiga macam:
o demonstrasi pada awal pelajaran bertujuan untuk menampilkan fenomena yang menimbulkan konflik kognitif,
o demonstrasi pada pengajaran inti bertujuan untuk menyajikan fakta atau data, untuk memecahkan masalah,
o demonstrasi pada akhir pelajaran untuk memberi gambaran mengenai aplikasi konsep.
2. Mengenali fakta atau informasi esensial dari konsep yang akan didemonstrasikan. Fakta atau informasi esensial inilah yang perlu dijadikan fokus amatan oleh siswa ketika didemonstrasikan.
3. Merancang bahan atau kegiatan untuk demonstrasi. Yang dimaksud disini adalah menerjemahkan informasi verbal pada konsep materi pelajaran menjadi informasi yang dapat divisualisasikan dalam demonstrasi.
4. Merancang prosedur pelaksanaan demonstrasi. sebagaimana dikemukakan pada Rencana Pelajaran
b. Pelaksanaan Demonstrasi
1) Menjalankan demonstrasi dengan lancar dan benar, agar informasi yang dimunculkan benar sesuai dengan yang direncanakan.
2) Menampilkan fenomena secara atraktif, khususnya fenomena-fenomena yang diharapkan dapat menimbulkan konflik kognitif pada siswa. Lewat program komputer Demonstrator dapat melakukan trik-trik untuk mengkonflikkan pikiran siswa dengan fenomena yang teramati. Menayangkan gambar Amoeba Dan mengatakan bahwa gambar tersebut dapat mereka lihat yang sebanarnya melalui mikroskop, atau Meletakkan serbuk sari diatas meja objek dan mempersilahkan salah satu siswa untuk melihat bayangan yang terjadi. Atraksi seperti itu sangat menarik, siswa berupaya untuk mendapatkan bayangan pada mikroskop dikelompoknya.
3) Penampilan demonstrasi dapat diulang, untuk memperbanyak sampel pengamatan
4) Mengatur posisi peralatan, agar demonstrasi dapat diamati dengan jelas oleh semua anggota kelas.
c. Pasca Demonstrasi
1) Kesenyapan. Setelah demonstrasi berakhir, guru diam beberapa saat untuk menunggu respons dari siswa, mungkin (sampai) ada siswa yang mengajukan masalah dari fenomeda yang diamati. Jika respons tidak muncul, masalah dapat diajukan sendiri oleh guru.
2) Berdiskusi atau melakukan demonstrasi lanjutan, untuk mengajak siswa menemukan jawaban atas masalah yang dikemukakan.
C. Keterampilan Mengajar Eksperimen Dengan Menggunakan TIK
1. Prinsip-Prinsip Pengajaran Eksperimen
Eksperimen merupakan bagian sangat penting dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), karena hal eksperimen itulah yang membedakan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mengunakan Komputer dengan mata pelajaran lain. Metode eksperimen dapat digunakan untuk melatih siswa dalam melakukan studi alamiah yang menggunakan langkah-langkah metode alamiah, yang meliputi: observasi, penemuan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan. Karena dalam pelaksanaan eksperimen itu banyak keterampilan proses yang digunakan, maka metode ini merupakan strategi yang penting untuk membelajarkan keterampilan proses kepada siswa, terutama keterampilan proses terintegrasi. Metode eksperimen sangat khas untuk membelajarkan prinsip atau generalisasi hubungan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sehubungan dengan penjelasan ini, metode eksperimen dapat dibagi menjadi eksperimen sederhana, eksperimen terkontrol, dan eksperimen berujung-terbuka (open-ended experimen) (Thurber dan Collete, 1968).
Dengan adanya pembagian ini, guru tidak perlu khawatir bahwa pelaksanaan eksperimen di kelas sains yang mnenggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) akan memakan waktu banyak, pelaksanaannya rumit, dan adanya kesulitan yang lain.
a. Eksperimen sederhana
Banyak masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dapat dipecahkan dengan eksperimen sederhana, sehingga tidak memerlukan tahap-tahap kerja yang terpisah untuk menyelesaikannya. Langkah dari eksperimen sederhana itu adalah: 1) pengajuan masalah, 2) pelaksanaan percobaan untuk pengamatan, dan 3) pengambilan kesimpulan.
Dalam eksperimen sederhana ini tidak perlu dilakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel bebas yang tidak dipelajari, karena pengaruhnya terhadap variabel terikat dapat diabaikan atau memang tidak ada variabel lain yang berpengaruh kecuali variabel yang sedang dipelajari. Sebagai contoh, masalah yang akan dipecahkan adalah: “Apakah tepung beras mengandung amilum?” Masalah itu cukup dipecahkan dengan percobaan, yang dilakukan dengan meneteskan larutan (yodium) pada tepung beras, kemudian mengamati bahwa zat tersebut berubah warna biru. Untuk mengambil kesimpulan, siswa cikup diminta untuk melakukan 2-3 kali percobaan, untuk mengambil kesimpulan bahwa tepung beras mengandung amilum berdasarkan perubahan warna yodium menjadi biru.


b. Eksperimen terkontrol
Hubungan antara suatu variabel bebas dan variabel terikat dalam fenomena-fenomena alam banyak yang tidak dapat diamati karena adanya variabel lain yang berpengaruh terhadap variabel terikat yang diamati. Misalnya, pada suatu tanaman pot baru yang tanahnya diberi urea, pertumbuhannya subur; tetapi tidak dapat disimpulkan begitu saja bahwa yang menyebabkan subur adalah zat urea, karena orang berpikir bahwa faktor lain juga dapat berpengaruh.
Hubungan antara variabel-variabel seperti itu dapat diajarkan kepada siswa dengan metode eksperimen terkontrol. Dalam metode ini dibuat eksperimen dengan menggunakan dua kelompok tanaman pot yang medium tanahnya sama, tetapi pada satu kelompok tanaman tanahnya diberi urea sementara kelompok tanaman yang lain tidak diberi urea.
Dalam pelaksanaan metode eksperimen terkontrol, langkah-langkah yang perlu dilaksanakan adalah: 1) pengajuan masalah, 2) pengajuan hipotesis, 3) pengontrolan variabel (membuat perlakuan variabel bebas dan mengendalikan varibel terkontrol), 4) pelaksanaan eksperimen, 5) pengolahan data, dan 7) pengambilan kesimpulan.
Dalam metode eksperimen terkontrol, kesimpulan yang dibuat bersifat tertutup, artinya kesimpulan itu merupakan jawaban yang pasti (tidak perlu dipertanyakan kebenarannya, atau tidak mengundang munculnya masalah baru) Contohnya sebagai berikut:
Masalah: “Mengapa tanaman padi di sawah ada yang daunnya lebih hijau dan lebih panjang dari yang lain? Hipotesis: “Tanaman padi yang hijau dipupuk dengan urea.” Mengendalikan variabel: membuat dua kelompok perlakuan, satu kelompok dipupuk urea, kelompok yang lain tidak dipupuk urea.
Pelaksanaan eksperimen: 1) melakukan penanaman padi dalam beberapa pot dengan medium tanah yang sama, 2) pot-pot tanaman padi dibagi menjadi dua kelompok, kelompok I dipupuk urea sedang kelompok II tidak dipupuk urea. Pengamatan/Pengumpulan data: mengamati warna dan mengukur panjang daun tanaman padi selama waktu tertentu. Pengolahan data: 1) menghitung rata-rata data tinggi batang padi pada tiap perlakuan, 2) membandingkan rata-rata tinggi batang padi antara kelompok I dan kelompok II. Pengambilan kesimpulan: Menyimpulkan hasil pengolahan data tentang hubungan antara urea dengan tinggi batang dan perubahan warna hijau pada daun.
Bab III
Penutup
KESIMPULAN:
Ketrampilan penggunakan metode pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) akan lebih mempermudah guru menanamkan konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan mempercepat pemahaman siswa khususnya siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Palu, terhadap konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) apabila pembelajarannya lebih diorientasikan pada Realitas dan Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu pembelajarannya juga diarahkan dengan tahapan-tahapan yang sistematis.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Noehi, dkk. 2007. Pendidikan IPA di SD, Jakarta: universitas terbuka
Moedjiono dan Moh. Dimyati, 1992/1993, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
DEPDIKBUD
Sumantri, Mulyani dan Johar Permana 1998/1999. Strategi Belajar mengajar Jakarta

2 komentar:

  1. Makasih Bapak. Saya masih belajar masih butuh bantuan berupa saran kritikan yang membuat saya bisa maju

    BalasHapus
  2. Tiada hari tanpa belajar dan terus kreatif..., kunjungi http://pcahyono.blogspot.com/p/berita.html

    Salam kreatif...

    BalasHapus